Umair bin Abi Waqas radhiAllahu `anhu ialah seorang Sahabat yang muda usianya telah memeluk Islam pada masa permulaan Islam lagi. Beliau adalah adik kepada Sa'ad bin Abi Waqas radhiAllahu `anhu iaitu seorang Jenderal Islam yang termasyhur. Saad radhiAllahu `anhu telah meriwayatkan:
"Pada masa kami bersedia untuk menuju ke medan pertempuran Badar, daku ternampak Umair radhiAllahu `andhu telah cuba sedaya upayanya menyembunyikan dirinya."
Ini telah memeranjatkan daku. Daku telah bertanya kepada beliau, "Apakah yang telah berlaku ke atas dirimu wahai Umair dan apakah yang telah menyebabkan dikau bersembunyi seperti ini?" Umair radhiAllahu `anhu telah menjawab, "Daku takut baginda Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam mungkin tidak akan membenarkan daku mengambil bahagian di dalam pertempuran itu berdasarkan usia daku yang semuda ini walaupun daku cukup rindu untuk pergi mati dan syahid di jalan Allah subhanahu wa ta`ala."
Keinginan Umair radhiAllahu `anhu untuk menyertai angkatan perang itu begitu mendalam sekali. Walau bagaimanapun Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam berjaya mengesannya lalu baginda menegahnya dari menyertai barisan tentera itu. Kegagalannya untuk menyertai peperangan itu begitu menghampakah harapannya lantas beliau menangis. Apabila perihal keinginannya yang amat sangat serta kekecewaanya itu disampaikan kepada Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam, akhirnya baginda mengizinkannya. Umair radhiAllahu `anhu berjuang bermati-matian di dalam pertempuran tersebut sehinggalah nyawanya terkorban.
Sa`ad radhiAllahu `anhu telah berkata: "Pedang Umair radhiAllahu `anhu terlalu besar untuknya, menyebabkan saya terpaksa mengikat beberapa simpulan di pinggangnya supaya ia tidak menyentuh bumi."
zakwan
Tuesday 22 November 2011
Saturday 19 November 2011
ZUBAIR BIN AWWAM
Zubair memeluk Islam
Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. Beliau termasuk salah seorang dari 7 orang yang pertama masuk Islam. Beliau memeluk agama Islam ketika dia masih berusia 8 tahun dan melakukan hijrah ketika berusia 18 tahun. Berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun ada juga yang mengatakan bahwa perawakan Zubair tidak termasuk sangat tinggi dan juga tidak tergolong pendek dan bukan termasuk orang yang berbadan gemuk. Ada yang mengatakan bahwa warna kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu badan, dan kedua pipinya tidak penuh terisi daging. Ketika pamannya Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal Zubair telah masuk Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah beliau dimasukkan dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan dia berkata kepadanya,“lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan dirimu dari api ini.” Namun Az-Zubair menolaknya dan berkata kepadanya, “Tidak, demi Allah saya tidak akan kembali kepada kekufuran selamanya.”
Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad saw telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang telah membunuh Rasulullah saw, akhirnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw di utara Mekah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya,“ada apakah engkau gerangan ?” dia berkata,“Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh,” Nabi berkata kepadanya,“Lalu apa yang akan engkau lakukan?” dia berkata,“Saya akan membunuh orang yang telah membunuhmu.” Setelah mendengar hal tersebut beliaupun bergembira dan mendoakannya dengan kebaikan dan pedanganya dengan kemenangan. (Abu Nu’aim), beliau juga merupakan orang yang pertama menghunuskan pedangnya di jalan Allah.
Perjuangan Zubair bin Awwam dalam Islam
Zubair bin Awwam pernah ikut berhijrah ke Habsyah bersama orang-orang hijrah dari kaum muslimin, dan beliau tetap tinggal disana hingga Rasulullah saw mengijinkannya untuk kembali ke Madinah. Beliau selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw, setelah perang Uhud dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, Rasulullah saw mengirim 70 orang sahabat untuk mendampingi dirinya, termasuk di dalamnya Abu Bakar As Siddiq dan Zubair bin Awwam. (Al-Bukhari). Pada perang Yarmuk, Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak : “Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya,“Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk. Salah seorang sahabatnya pernah bercerita,“Saya pernah bersama Zubair bin Awwam dalam hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya,"demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu," dia berkata kepada saya,"demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah." Dan diceritakan tentangnya,"Sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama Nabi saw, atau Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab atau Utsman bin Affan." Saat terjadi pengepungan atas Bani Quraidzah dan mereka tidak mau menyerah, Rasulullah saw mengutus beliau bersama Ali bin Abu Thalib, lalu keduanya berdiri di depan benteng dan mengulangi kata-katanya,“Demi Allah kalian akan merasakan seperti yang telah dirasakan oleh Hamzah, atau kami akan menaklukkan benteng ini.” Nabi saw pernah berkata tentangnya,“Setiap Nabi punya pendamping dan penolong, dan pendamping saya adalah Zubair.” (Muttafaqun alaih). Beliau juga sangat bangga dengan ucapan Rasulullah saw saat terjadi perang Uhud dan perang Bani Quraidzah,“lemparkanlah panahmu yang taruhannya adalah bapakku dan ibuku”. Sayyidah Aisyah pernah berkata kepada Urwah bin Az-Zubar,“sesungguhnya kedua orang tuamu merupakan orang yang mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya setelah tertimpa kepada keduanya luka," (maksudnya adalah Abu Bakar dan Az-Zubair). (Ibnu Majah).
Sifat Zubair bin Awwam
Zubair bin Awwam juga merupakan seorang yang terhormat dan mulia, selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah, Ka’ab berkata tentangnya,“Az-Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang, dan tidak ada uang satu dirhampun yang masuk kerumahnya," (maksudnya hartanya disedekahkan seluruhnya), beliau mensedekahkan seluruh hartanya sampai ia mati dalam keadaan berhutang, dan mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan beliau berkata kepadanya,“jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka mintalah tolong kepada Tuanku,” Abdullahpun bertanya,“Siapakah yang engkau maksud dengan Tuan?" beliau menjawab,"Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.” Lalu setelah itu Abdullah berkata,“Demi Allah saya tidak pernah mengalami kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata,'Wahai Pemimpin/pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,' maka Diapun menggantinya." (Al-Bukhari). Walaupun beliau selama hidupnya selalu bersama Rasulullah saw namun beliau tidak banyak meriwayatkan haditsnya kecuali sedikit, anaknya Abdullah pernah bertanya akan sebab tersebut, maka diapun berkata,“Walaupun antara saya dan Rasulullah saw memiliki hubungan keluarga dan kerabat namun saya pernah mendengar beliau pernah bersabda,'Barangsiapa yang berkata dusta atasku dengan sengaja, maka akan ditempatkan di neraka.'” (Al-Bukhari). Karena itu dia sangat takut meriwayatkan hadits yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah saw sehingga tergelincir ke dalam neraka.
Anak dan istri Zubair bin Awwam
Nama Putra dan putri Az-Zubair adalah Abdullah, Urwah, Al Mundzir, Ashim, Al Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah. Semua anak Az-Zubair ini berasal dari istrinya yang bernama Asma' binti Abu Bakar. Sedangkan anak-anaknya yeng bernama Khalid, Amru, Habibah, Saudah, dan Hindun berasal dari istrinya yang bernama Ummu Khalid. Nama asli wanita ini adalah Amah binti Sa'id bin Al Ash.
Anak-anaknya yang bernama Mush'ab, Hamzah, dan Ramlah berasal dari istrinya yang bernama Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid. Anaknya yang bernama Ubaidah dan Ja'far berasal dari istrinya, Zainab. Putrinya yang bernama Zainab berasal dari istrinya , Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith. Putrinya lagi yang bernama Khadijah Ash-Shugra berasal dari istrinya, Al Halal binti Qais.
Wafatnya Zubair bin Awwam
Saat Zubair bin Awwam keluar dalam perang Al-Jamal, seseorang dari kaum Tamim bernama Amru bin Jarmuz mengikuti beliau dan membunuhnya dari belakang di suatu tempat yang bernama lembah Siba. Lalu pergi ke Imam Ali bin Abu Thalib dengan menduga bahwa dia telah membawa kabar gembira, setelah mengetahui hal tersebut Imam Ali bin Abu Thalib berteriak dan berkata kepada pembantunya,“Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka, sungguh Rasulullah saw pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair adalah penghuni neraka.” (Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan At-Thobroni). Zubair bin Awwam wafat pada hari Kamis bulan Jumadil Awwal tahun 36 Hijriyyah, sedangkan umurnya saat itu 66/67 tahun
Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. Beliau termasuk salah seorang dari 7 orang yang pertama masuk Islam. Beliau memeluk agama Islam ketika dia masih berusia 8 tahun dan melakukan hijrah ketika berusia 18 tahun. Berperawakan tinggi dan berkulit putih. Namun ada juga yang mengatakan bahwa perawakan Zubair tidak termasuk sangat tinggi dan juga tidak tergolong pendek dan bukan termasuk orang yang berbadan gemuk. Ada yang mengatakan bahwa warna kulitnya sawo matang, memiliki banyak bulu badan, dan kedua pipinya tidak penuh terisi daging. Ketika pamannya Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal Zubair telah masuk Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah beliau dimasukkan dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan dia berkata kepadanya,“lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan dirimu dari api ini.” Namun Az-Zubair menolaknya dan berkata kepadanya, “Tidak, demi Allah saya tidak akan kembali kepada kekufuran selamanya.”
Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Nabi Muhammad saw telah meninggal, maka dia keluar menuju jalan-jalan di Mekkah sambil menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia, lalu pergi mencari kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang telah membunuh Rasulullah saw, akhirnya beliau bertemu dengan Rasulullah saw di utara Mekah, maka saat itu Rasulullah saw berkata kepadanya,“ada apakah engkau gerangan ?” dia berkata,“Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh,” Nabi berkata kepadanya,“Lalu apa yang akan engkau lakukan?” dia berkata,“Saya akan membunuh orang yang telah membunuhmu.” Setelah mendengar hal tersebut beliaupun bergembira dan mendoakannya dengan kebaikan dan pedanganya dengan kemenangan. (Abu Nu’aim), beliau juga merupakan orang yang pertama menghunuskan pedangnya di jalan Allah.
Perjuangan Zubair bin Awwam dalam Islam
Zubair bin Awwam pernah ikut berhijrah ke Habsyah bersama orang-orang hijrah dari kaum muslimin, dan beliau tetap tinggal disana hingga Rasulullah saw mengijinkannya untuk kembali ke Madinah. Beliau selalu mengikuti peperangan bersama Rasulullah saw, setelah perang Uhud dan orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, Rasulullah saw mengirim 70 orang sahabat untuk mendampingi dirinya, termasuk di dalamnya Abu Bakar As Siddiq dan Zubair bin Awwam. (Al-Bukhari). Pada perang Yarmuk, Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak : “Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya,“Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk. Salah seorang sahabatnya pernah bercerita,“Saya pernah bersama Zubair bin Awwam dalam hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya,"demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu," dia berkata kepada saya,"demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang bersama Rasulullah saw dan dijalan Allah." Dan diceritakan tentangnya,"Sesungguhnya tidak ada gubernur/pemimpin, penjaga dan keluar sesuatu apapun kecuali dalam mengikuti perang bersama Nabi saw, atau Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab atau Utsman bin Affan." Saat terjadi pengepungan atas Bani Quraidzah dan mereka tidak mau menyerah, Rasulullah saw mengutus beliau bersama Ali bin Abu Thalib, lalu keduanya berdiri di depan benteng dan mengulangi kata-katanya,“Demi Allah kalian akan merasakan seperti yang telah dirasakan oleh Hamzah, atau kami akan menaklukkan benteng ini.” Nabi saw pernah berkata tentangnya,“Setiap Nabi punya pendamping dan penolong, dan pendamping saya adalah Zubair.” (Muttafaqun alaih). Beliau juga sangat bangga dengan ucapan Rasulullah saw saat terjadi perang Uhud dan perang Bani Quraidzah,“lemparkanlah panahmu yang taruhannya adalah bapakku dan ibuku”. Sayyidah Aisyah pernah berkata kepada Urwah bin Az-Zubar,“sesungguhnya kedua orang tuamu merupakan orang yang mengikuti seruan Allah dan Rasul-Nya setelah tertimpa kepada keduanya luka," (maksudnya adalah Abu Bakar dan Az-Zubair). (Ibnu Majah).
Sifat Zubair bin Awwam
Zubair bin Awwam juga merupakan seorang yang terhormat dan mulia, selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah, Ka’ab berkata tentangnya,“Az-Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang, dan tidak ada uang satu dirhampun yang masuk kerumahnya," (maksudnya hartanya disedekahkan seluruhnya), beliau mensedekahkan seluruh hartanya sampai ia mati dalam keadaan berhutang, dan mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan beliau berkata kepadanya,“jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka mintalah tolong kepada Tuanku,” Abdullahpun bertanya,“Siapakah yang engkau maksud dengan Tuan?" beliau menjawab,"Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.” Lalu setelah itu Abdullah berkata,“Demi Allah saya tidak pernah mengalami kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata,'Wahai Pemimpin/pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,' maka Diapun menggantinya." (Al-Bukhari). Walaupun beliau selama hidupnya selalu bersama Rasulullah saw namun beliau tidak banyak meriwayatkan haditsnya kecuali sedikit, anaknya Abdullah pernah bertanya akan sebab tersebut, maka diapun berkata,“Walaupun antara saya dan Rasulullah saw memiliki hubungan keluarga dan kerabat namun saya pernah mendengar beliau pernah bersabda,'Barangsiapa yang berkata dusta atasku dengan sengaja, maka akan ditempatkan di neraka.'” (Al-Bukhari). Karena itu dia sangat takut meriwayatkan hadits yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah saw sehingga tergelincir ke dalam neraka.
Anak dan istri Zubair bin Awwam
Nama Putra dan putri Az-Zubair adalah Abdullah, Urwah, Al Mundzir, Ashim, Al Muhajir, Khadijah Al Kubra, Ummul Hasan, dan Aisyah. Semua anak Az-Zubair ini berasal dari istrinya yang bernama Asma' binti Abu Bakar. Sedangkan anak-anaknya yeng bernama Khalid, Amru, Habibah, Saudah, dan Hindun berasal dari istrinya yang bernama Ummu Khalid. Nama asli wanita ini adalah Amah binti Sa'id bin Al Ash.
Anak-anaknya yang bernama Mush'ab, Hamzah, dan Ramlah berasal dari istrinya yang bernama Ar-Rabab binti Anif bin Ubaid. Anaknya yang bernama Ubaidah dan Ja'far berasal dari istrinya, Zainab. Putrinya yang bernama Zainab berasal dari istrinya , Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith. Putrinya lagi yang bernama Khadijah Ash-Shugra berasal dari istrinya, Al Halal binti Qais.
Wafatnya Zubair bin Awwam
Saat Zubair bin Awwam keluar dalam perang Al-Jamal, seseorang dari kaum Tamim bernama Amru bin Jarmuz mengikuti beliau dan membunuhnya dari belakang di suatu tempat yang bernama lembah Siba. Lalu pergi ke Imam Ali bin Abu Thalib dengan menduga bahwa dia telah membawa kabar gembira, setelah mengetahui hal tersebut Imam Ali bin Abu Thalib berteriak dan berkata kepada pembantunya,“Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka, sungguh Rasulullah saw pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair adalah penghuni neraka.” (Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan At-Thobroni). Zubair bin Awwam wafat pada hari Kamis bulan Jumadil Awwal tahun 36 Hijriyyah, sedangkan umurnya saat itu 66/67 tahun
KESYAHIDAN ZAID BIN HARITH, JAAFAR BIN ABU TALIB DAN ABDULLAH BIN RAWAHAH
Kebanyakan surat-surat yang dikirimkan oleh Rasulullah S.A.W kepada beberapa orang raja adalah bertujuan supaya mereka memeluk agama Islam. Salah seorang yang dihantarnya ialah Raja Busra, surat kepada raja ini dihantar oleh Haris bin Umar Azdi r.a. Apabila sampai di Mauta, beliau telah dibunuh oleh Sharabbil Ghassani, yakni salah seorang Gabenor Qaisar. Pembunuhan ini adalah bertentangan dengan semua undang-undang kesusilaan di antara suku-suku, sebab Haris Bin Umar r.a. adalah utusan untuk menyampaikan surat.
Rasulullah S.A.W sangat dukacita atas kematian Haris, lalu beliau mengumpul seramai 3,000 pejuang yang gagah berani untuk menentang musuh yang jahat itu. Rasulullah S.A.Wmelantik Zaid Bin Harith sebagai Ketua Pasukan.
Kemudian baginda bersabda kepada para pejuang yang akan ke medan pertempuran, " Sekiranya Zaid terbunuh maka Jaafar Bin Abi Talib hendaklah mengetuai pasukan dan jika Jaafar juga terbunuh, maka Abdullah Bin Rawahah hendaklah mengetuai pasukan. Dan sekiranya Abdullah juga terbunuh, maka bolehlah kamu semua memilih seorang ketua di kalangan kamu yang kamu kehendaki."
Seorang Yahudi yang kebetulan berada di situ berkata, "Pasti ketiga-tiga mereka ini akan terkorban, kerana itu adalah lumrah sebagaimana para Nabi yang terdahulu selalu meramalkan."
Sebelum tentera Islam berangkat menuju ke medan pertempuran, Rasulullah S.A.W memberikan sehelai bendera putih yang diperbuat sendiri oleh Rasulullah S.A.W kepada Zaid. Rasulullah S.A.W menemani tentera-tentera Islam beberapa langkah di luar Kota Madinah dan beliau berdoa, " Semoga Allah S.W.T akan mengembalikan kamu semua dengan selamat dan memperoleh kejayaan. Semoga Allah memelihara kamu semua dari segala kejahatan."
Setelah Rasulullah S.A.W selesai berdoa, Abdullah Bin Rawahah menyampaikan tiga rangkap syair yang bermaksud, " Aku hanya menginginkan keampunan terhadap segala dosa-dosa dan sebilah pedang untuk menyebabkan darah-darah merahku memancar seperti air yang mengalir keluar dari mata air...atau sebilah tombak untuk menembusi masuk ke liang hatiku dan isi perutku...dan ketika insan-insan melalui tepi kuburku, mereka akan berkata, semoga engkau telah gugur kerana Allah.. berjaya dan makmur. Engkau sesungguhnya insan yang berjaya dan makmur. "
Pihak musuh pula diketuai oleh Sarjil. Mereka telah mengetahui mengenai persediaan tentera Islam. Sarjil mengumpulkan 100,000 tentera yang lengkap dengan alat kelengkapan perang untuk menghadapi serangan tentera Islam. Ketika Sarjil dan bala tenteranya hendak mara, dia mendapat tahu bahawa Qaisar sendiri sedang mara dengan satu batalion tentera yang terdiri 100,000 orang untuk menolong Sarjil. Apabila berita ini sampai kepada para sahabat yang sedang dalam perjalanan untuk berperang dengan pihak musuh, mereka merasa ragu-ragu dan mereka berfikir sama ada untuk menentang musuh Islam yangberjumlah 200,000 orang itu, atau pun tidak. Atau mereka mengirim utusan kepada Rasulullah S.A.W untuk mendapatkan nasihat.
Dalam ragu-ragu itu, Abdullah Bin Rawahah dengan penuh semangat pejuang berkata dengan suara yang lantang, "Wahai para sahabatku, apakah yang membimbangkan kamu semua. Apakah tujuan sebenar kamu datang ke sini? Bukankah kamu semua datang ke sini untuk MATI SYAHID. Kita sebagai pejuang-pejuang Islam tidak pernah memperjuangkan tenaga kita dengan kekuatan senjata dan kekuatan bilangan tentera. Perjuangan kita adalah semata-mata kerana Islam yang telah dimuliakan oleh Allah S.W.T ke atas setiap kita pejuang-pejuang agama-Nya. Kita hendaklah mempastikan salah satu antar dua, Kemenangan atau Syahid."
Apabila para sahabat yang lain mendengar kata-kata semangat dari Abdullah Bin Rawahah, maka para sahabat pun beriktikad untuk bertemu dengan tentera-tentera Kristian di medan perang Mauta.
Apabila sampai di medan pertempuran, Zaid r.a. mengenggam bendera di tangan dan mengarahkan tugas bagi menghadapi pertempuran. Maka berlakulah pertempuran yang sengit di antara tentera Islam dengan tentera Kristian. Dalam pertempuran yang sedang rancak berjalan itu, saudara lelaki Sarjil mati dan Sarjil sendiri melarikan diri dan bersembunyi di dalam sebuah kubu.
Sarjil telah mengirim berita kepada Qaisar tentang masalahnya dan meminta bantuan tentera, maka Qaisar pun menghantar tentera yang gagah berani seramai 200,000 untuk membantu Sarjil. tentera Islam tetap bertarung dengan semangat jihad walaupun angka tentera musuh jauh berbeza dari tentera Islam yang cuma 3,000 orang sahaja. dalam pertempuran yang sengit itu, maka syahidlah Zaid (AllahuAkbar), Ketua Panglima tentera Islam.
Jaafar r.a. mengambil alih sebagai ketua dan menggenggam bendera. Beliau dengan sengaja melumpuhkan kaki kudanya agar beliau tidak dapat meninggalkan medan pertempuran jika datang perasaannya untuk meninggalkan medan pertempuran itu. Dalam peperangan yang sedang rancak berjalan itu, Jaafar membaca beberapa ungkapan syair. " Wahai Manusia ! Betapa Indahnya Syurga. Dan betapa gembiranya tentang kehampiran! Kecelakaan orang-orang Rom berada di dalam genggaman tangan, aku mesti hapuskan mereka semua."
Dengan memegang bendera Islam yang berkibaran di sebelah tangan, dan sebelah tangan lagi beliau memegang pedang, beliau terus meluru ke arah musuh. Sewaktu meluru tangan kanan beliau yang memegang bendera telah ditetak, beliau dengan segera memegang bendera dengan tangan kiri, tetapi tangan kiri beliau juga ditetak, beliau tetap memegang kuat dengan mengigit bendera dengan bantuan kedua belah bahunya yang telah kudung. darah mengalir seperti air paip, datanglah musuh dari arah belakang lalu menetak Jaafar sehingga terbelah dua, dan syahidlah Jaafar r.a (AllahuAkbar). Umur Jaafar r.a. ketika itu ialah 33 tahun.
Abdullah Bin Umar r.a. menceritakan, " Ketika kami mengangkat beliau keluar dari medan pertempuran, kami mengira bahawa terdapat 90 liang luka di badan beliau."
Sewaktu Jaafar r.a. terbunuh, Abdullah Bin Rawahah sedang makan daging di penjuru medan peperangan, beliau sudah tiga hari kelaparan. Sebaik sahaja beliau mendengar tentang kematian Jaafar, dengan segera beliau mencampakkan daging dengan berkata, "Abdullah kamu ini asyik sibuk dengan makan, sedang Jaafar telah sampai ke Syurga." (AllahuAkbar)
Tanpa membuang masa, Abdullah Bin Rawahah terus mencapai bendera dan meluru ke arah musuh. Dalam pertempuran itu anak-anak jarinya banyak yang parah dan tergantung isi. Beliau meletakkan anak-anak jarinya ke bawah lalu dipijak dengan kaki dan ditarik sehingga jari-jarinya bercerai dari tangannya. Kemudian beliau terus mara dan beliau berhenti sebentar dan memikirkan tentera Islam yang sedikit berbanding tentera musuh yang ramai. Dalam tengah berangan-angan itu, dia tersentak dan berkata dalam hatinya, " Wahai hati, apa yang menyebabkan kamu memikirkan demikian? Adakah keran cinta kepada isteriku? Kalau begitu aku ceraikan kamu pada saat ini juga. Adakah kerana hamba-hamba? Kalau begitu aku bebaskan mereka semua. Adakah keran kebun? Kalau begitu aku berikan sebagai sedekah"
Oleh kerana keletihan dan kelaparan, beliau turun dari kudanya, sementara sepupunya datang membawa sekeping daging kepadanya dengan berkata, "Kamu tidak dapat tidur dan makan kerana kelaparanmu selama tiga hari."
Apabila Abdullah hendak mengambil daging tersebut, beliau telah mendengar laungan musuh di salah satu sudut medan pertempuran, beliau melempar daging tersebut, dengan pedang yang terhunus, beliau meluru ke arah musuh dan berjuang sehingga beliau Syahid di medan pertempuran itu. (AllahuAkbar)
Saudar pembaca, apabila orang-orang Islam berjuang kerana agama Allah, maka perjuangan itu adalah jihad dan doa itu adalah senjata. Orang Islam berjuang dengan iman dan mati dalam syahid. Orang kafir berjuang dengan senjata dan mati mereka seperti mati katak. orang Islam mendapat Syurga sementara orang kafir mendapat neraka.
Panglima7
Sungguh terharu membacakan keberanian para sahabat berperang dan berjihad bagi meniggikan Agama Allah. Allahuakbar. Seoga Allah mengurniakan keberanian tersebut kepada semua umat Islam yang beriman di dunia ini.
Rasulullah S.A.W sangat dukacita atas kematian Haris, lalu beliau mengumpul seramai 3,000 pejuang yang gagah berani untuk menentang musuh yang jahat itu. Rasulullah S.A.Wmelantik Zaid Bin Harith sebagai Ketua Pasukan.
Kemudian baginda bersabda kepada para pejuang yang akan ke medan pertempuran, " Sekiranya Zaid terbunuh maka Jaafar Bin Abi Talib hendaklah mengetuai pasukan dan jika Jaafar juga terbunuh, maka Abdullah Bin Rawahah hendaklah mengetuai pasukan. Dan sekiranya Abdullah juga terbunuh, maka bolehlah kamu semua memilih seorang ketua di kalangan kamu yang kamu kehendaki."
Seorang Yahudi yang kebetulan berada di situ berkata, "Pasti ketiga-tiga mereka ini akan terkorban, kerana itu adalah lumrah sebagaimana para Nabi yang terdahulu selalu meramalkan."
Sebelum tentera Islam berangkat menuju ke medan pertempuran, Rasulullah S.A.W memberikan sehelai bendera putih yang diperbuat sendiri oleh Rasulullah S.A.W kepada Zaid. Rasulullah S.A.W menemani tentera-tentera Islam beberapa langkah di luar Kota Madinah dan beliau berdoa, " Semoga Allah S.W.T akan mengembalikan kamu semua dengan selamat dan memperoleh kejayaan. Semoga Allah memelihara kamu semua dari segala kejahatan."
Setelah Rasulullah S.A.W selesai berdoa, Abdullah Bin Rawahah menyampaikan tiga rangkap syair yang bermaksud, " Aku hanya menginginkan keampunan terhadap segala dosa-dosa dan sebilah pedang untuk menyebabkan darah-darah merahku memancar seperti air yang mengalir keluar dari mata air...atau sebilah tombak untuk menembusi masuk ke liang hatiku dan isi perutku...dan ketika insan-insan melalui tepi kuburku, mereka akan berkata, semoga engkau telah gugur kerana Allah.. berjaya dan makmur. Engkau sesungguhnya insan yang berjaya dan makmur. "
Pihak musuh pula diketuai oleh Sarjil. Mereka telah mengetahui mengenai persediaan tentera Islam. Sarjil mengumpulkan 100,000 tentera yang lengkap dengan alat kelengkapan perang untuk menghadapi serangan tentera Islam. Ketika Sarjil dan bala tenteranya hendak mara, dia mendapat tahu bahawa Qaisar sendiri sedang mara dengan satu batalion tentera yang terdiri 100,000 orang untuk menolong Sarjil. Apabila berita ini sampai kepada para sahabat yang sedang dalam perjalanan untuk berperang dengan pihak musuh, mereka merasa ragu-ragu dan mereka berfikir sama ada untuk menentang musuh Islam yangberjumlah 200,000 orang itu, atau pun tidak. Atau mereka mengirim utusan kepada Rasulullah S.A.W untuk mendapatkan nasihat.
Dalam ragu-ragu itu, Abdullah Bin Rawahah dengan penuh semangat pejuang berkata dengan suara yang lantang, "Wahai para sahabatku, apakah yang membimbangkan kamu semua. Apakah tujuan sebenar kamu datang ke sini? Bukankah kamu semua datang ke sini untuk MATI SYAHID. Kita sebagai pejuang-pejuang Islam tidak pernah memperjuangkan tenaga kita dengan kekuatan senjata dan kekuatan bilangan tentera. Perjuangan kita adalah semata-mata kerana Islam yang telah dimuliakan oleh Allah S.W.T ke atas setiap kita pejuang-pejuang agama-Nya. Kita hendaklah mempastikan salah satu antar dua, Kemenangan atau Syahid."
Apabila para sahabat yang lain mendengar kata-kata semangat dari Abdullah Bin Rawahah, maka para sahabat pun beriktikad untuk bertemu dengan tentera-tentera Kristian di medan perang Mauta.
Apabila sampai di medan pertempuran, Zaid r.a. mengenggam bendera di tangan dan mengarahkan tugas bagi menghadapi pertempuran. Maka berlakulah pertempuran yang sengit di antara tentera Islam dengan tentera Kristian. Dalam pertempuran yang sedang rancak berjalan itu, saudara lelaki Sarjil mati dan Sarjil sendiri melarikan diri dan bersembunyi di dalam sebuah kubu.
Sarjil telah mengirim berita kepada Qaisar tentang masalahnya dan meminta bantuan tentera, maka Qaisar pun menghantar tentera yang gagah berani seramai 200,000 untuk membantu Sarjil. tentera Islam tetap bertarung dengan semangat jihad walaupun angka tentera musuh jauh berbeza dari tentera Islam yang cuma 3,000 orang sahaja. dalam pertempuran yang sengit itu, maka syahidlah Zaid (AllahuAkbar), Ketua Panglima tentera Islam.
Jaafar r.a. mengambil alih sebagai ketua dan menggenggam bendera. Beliau dengan sengaja melumpuhkan kaki kudanya agar beliau tidak dapat meninggalkan medan pertempuran jika datang perasaannya untuk meninggalkan medan pertempuran itu. Dalam peperangan yang sedang rancak berjalan itu, Jaafar membaca beberapa ungkapan syair. " Wahai Manusia ! Betapa Indahnya Syurga. Dan betapa gembiranya tentang kehampiran! Kecelakaan orang-orang Rom berada di dalam genggaman tangan, aku mesti hapuskan mereka semua."
Dengan memegang bendera Islam yang berkibaran di sebelah tangan, dan sebelah tangan lagi beliau memegang pedang, beliau terus meluru ke arah musuh. Sewaktu meluru tangan kanan beliau yang memegang bendera telah ditetak, beliau dengan segera memegang bendera dengan tangan kiri, tetapi tangan kiri beliau juga ditetak, beliau tetap memegang kuat dengan mengigit bendera dengan bantuan kedua belah bahunya yang telah kudung. darah mengalir seperti air paip, datanglah musuh dari arah belakang lalu menetak Jaafar sehingga terbelah dua, dan syahidlah Jaafar r.a (AllahuAkbar). Umur Jaafar r.a. ketika itu ialah 33 tahun.
Abdullah Bin Umar r.a. menceritakan, " Ketika kami mengangkat beliau keluar dari medan pertempuran, kami mengira bahawa terdapat 90 liang luka di badan beliau."
Sewaktu Jaafar r.a. terbunuh, Abdullah Bin Rawahah sedang makan daging di penjuru medan peperangan, beliau sudah tiga hari kelaparan. Sebaik sahaja beliau mendengar tentang kematian Jaafar, dengan segera beliau mencampakkan daging dengan berkata, "Abdullah kamu ini asyik sibuk dengan makan, sedang Jaafar telah sampai ke Syurga." (AllahuAkbar)
Tanpa membuang masa, Abdullah Bin Rawahah terus mencapai bendera dan meluru ke arah musuh. Dalam pertempuran itu anak-anak jarinya banyak yang parah dan tergantung isi. Beliau meletakkan anak-anak jarinya ke bawah lalu dipijak dengan kaki dan ditarik sehingga jari-jarinya bercerai dari tangannya. Kemudian beliau terus mara dan beliau berhenti sebentar dan memikirkan tentera Islam yang sedikit berbanding tentera musuh yang ramai. Dalam tengah berangan-angan itu, dia tersentak dan berkata dalam hatinya, " Wahai hati, apa yang menyebabkan kamu memikirkan demikian? Adakah keran cinta kepada isteriku? Kalau begitu aku ceraikan kamu pada saat ini juga. Adakah kerana hamba-hamba? Kalau begitu aku bebaskan mereka semua. Adakah keran kebun? Kalau begitu aku berikan sebagai sedekah"
Oleh kerana keletihan dan kelaparan, beliau turun dari kudanya, sementara sepupunya datang membawa sekeping daging kepadanya dengan berkata, "Kamu tidak dapat tidur dan makan kerana kelaparanmu selama tiga hari."
Apabila Abdullah hendak mengambil daging tersebut, beliau telah mendengar laungan musuh di salah satu sudut medan pertempuran, beliau melempar daging tersebut, dengan pedang yang terhunus, beliau meluru ke arah musuh dan berjuang sehingga beliau Syahid di medan pertempuran itu. (AllahuAkbar)
Saudar pembaca, apabila orang-orang Islam berjuang kerana agama Allah, maka perjuangan itu adalah jihad dan doa itu adalah senjata. Orang Islam berjuang dengan iman dan mati dalam syahid. Orang kafir berjuang dengan senjata dan mati mereka seperti mati katak. orang Islam mendapat Syurga sementara orang kafir mendapat neraka.
Panglima7
Sungguh terharu membacakan keberanian para sahabat berperang dan berjihad bagi meniggikan Agama Allah. Allahuakbar. Seoga Allah mengurniakan keberanian tersebut kepada semua umat Islam yang beriman di dunia ini.
JAAFAR BIN ABU TALIB
Abu Talib termasuk dalam golongan bangsawan Quraisy dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat
Namun, kehidupannya juga susah dan mempunyai tanggungan yang banyak.
Dia pernah mengalami keadaan yang sangat susah ketika saat kemarau panjang. Tanamannya mati kerana kekeringan air dan banyak orang terpaksa memakan bangkai.
Bagi meringankan bebanan Abu Talib, Rasulullah telah mengambil Ali bin Abi Talib tinggal bersamanya dan Saidina Abbas ( juga bapa saudara Nabi) telah mengambil Jaafar bin Abi Talib.
Ja'far bin Abi Thalib (juga dikenali dengan jolokan Jafar-e-Tayyar) adalah sepupu Nabi Muhammad S.A.W ( anak lelaki Abu Thalib ) Ja'far dibesarkan oleh bapa saudaranya, Abbas bin 'Abdul Mutalib, kerana ayahnya yang miskin dan harus menanggung keluarga besar.
Dari sudut akhlak, tubuh badan dan rupa Jaafar bin Abi Thalib adalah yang paling mirip kepada
Nabi Muhammad berbandiang dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad S.A.W yang lain.
Nabi Muhammad memanggil Ja'far, sebagai "Bapa orang-orang Miskin", kerana beliau selalu menolong dan membantu orang miskin dengan semua wang yang dimiliki. Ja'far bin Abi Thalib termasuk golongan awal memeluk Islam. Semasa di Madinah, Rasulullah s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Muaz bin Jabal r.a. Ja'far bin Abi Thalib telah bernikah dengan Asma binti Umais.
Hijrah ke Habasyah
Disaat pengikut-pengikut awal yang memeluk Islam menerima pelbagai seksaan yang pedih itu, maka turunlah surah al-Kahfi sebagai jawapan yang antara lain satu isyarat daripada Allah kepada hamba-hamba-Nya itu supaya berhijrah.
Jaafar Bin Abu Talib telah mengetuai rombongan kaum Muslimin Mekah ke Habsyah yang terdiri daripada 83 orang lelaki dan 18 orang wanita. Sebaik sahaja rombongan ini tiba di Habsyah, mereka telah bergabung dengan kaum Muslimin dari Yaman seramai 50 orang di bawah pimpinan Abu Musa Al-Asy dan Jaafar bin Abu Talib telah diangkat sebagai ketua kumpulan.
Melihatkan kepada keadaan di Habsyah ini, dua orang wakil dari kaum Quraisy telah dihantar oleh pembesar mereka untuk berjumpa dengan Raja Habsyah yang bernama Raja Najjasi, dengan harapan untuk mengembalikan semula rombongan dari Mekah ke Mekah. Dua wakil Quraisy itu adalah Amr bin As dan Imarah bin Walid. Kedua-dua nya diutuskan kepada Raja Najjasi dengan membawa hadiah untuk dipersembahkan.
Sebaik bersua dengan Raja Najjasi (Ashamah al Najashi ), mereka berkata “ Sesungguhnya satu rombongan kaum kerabat kami telah meninggalkan Mekah dan lari ke negeri tuanku. Mereka lari kerana tidak suka kepada kami dan agama kami, bahkan mereka tidak mengikut agama tuanku. Sesungguhnya pemimpin Quraisy mengutuskan kami untuk menjumpai tuanku, dan supaya tuanku mengembalikan mereka ke Mekah”
Lalu, Jaafar bin Abu Talib selaku ketua kumpulan kaum Muslimin tadi datang bersama beberapa orang kaum Muhajirin mengadap Raja Habsyah tanpa memberikan rukuk hormat sebagaimana adat di istana, lalu Raja Habsyah pun bertanya “ Mengapa kamu tidak hormat seperti adat yang biasanya dalam istana ini?”
Lalu, Jaafar bin Abu Talib pun menjawab dengan rendah dirinya,
“ Kami telah memberikan penghormatan kepadamu dengan cara penghormatan ahli syurga. Kami memang tidak rukuk kecuali kepada Allah.”
Raja bertanya: “Agama apa yang kamu anuti itu sehingga kamu rela meninggalkan kaum kamu tidak mahu masuk agamaku dan tidak agama-agama lain?”
Jaafar menjawab,” Wahai raja! Kami ini adalah kaum jahiliah, penyembah berhala, memakan bangkai, kuat menindas orang yang dhaif. Kemudian Allah mengutuskan seorang rasul kepada kami, ia diutus dari kalangan kami sendiri dan kami sudah tahu tentang kejujurannya, pemaaf dan amanahnya. Beliau mengajak kami meng-Esakan Allah serta meninggalkan perbuatan menyembah berhala.”
“Oleh kerana kami mengikutnya, maka kami diseksa dan ditindas dengan tujuan supaya kami kembali ke zaman jahiliah. Disebabkan hebatnya penindasan dan penekanan mereka, ini maka kami lari ke negeri tuan. Kami memilih negeri tuan kerana ingin dekat dengan tuan. Kami harap tuan tidak menganiaya kami”. Begitulah kata-kata yang terkeluar dari mulut Jaafar bin Abu Talib.
Apabila merasakan misi mereka mula menampakkan kegagalan, maka Amru al As mencelah dan berkata: "Wahai paduka baginda, sesungguhnya mereka menuduh Isa (Nabi) dengan perkataan-perkataan yang tidak baik".
Sebagai seorang raja dan juga pendeta agama Nasrani. Raja Najjasi telah menguji sekali lagi pengetahuan Jaafar bin Abu Talib tentang Nabi Isa.
Tanpa sebarang ragu-ragu Jaafar pun membacakan beberapa ayat dari permulaan surah al-Maryam. Sebaik Raja itu mendengar bacaan surah Maryam dari Jaafar, lalu beliau menangis sambil berkata,” Sesungguhnya ini dan yang dibawa oleh Isa adalah berasal dari satu sumber”. Raja Najjasi akhirnya memeluk Islam, dan diikuti dengan ramai rakyat dinegerinya.
Kemudian, Raja Najjasi mengisytiharkan akan melindungi orang-orang Mukmin yang berhijrah serta memulangkan hadiah hadiah yang dibawa kepada dua orang utusan Quraisy.
Maka wakil-wakil Quraisy itu akhirnya terpaksa pulang dengan kegagalan
Ja'far bin Abi Thalib pulang dari Habsyah sewaktu penaklukan Khaibar ( Tahun 629M ) dan turut menuju ke Khaibar bersama dengan Abu Musa Al-Asy'ary. Pada tahun ke 8 Hijrah, Ja'far bin Abi Thalib mengikut perang Mu'tah dan gugur syahid di sana. Peperangan Mu’tah merupakan peperangan pertama umat islam dengan pasukan Rom
Namun, kehidupannya juga susah dan mempunyai tanggungan yang banyak.
Dia pernah mengalami keadaan yang sangat susah ketika saat kemarau panjang. Tanamannya mati kerana kekeringan air dan banyak orang terpaksa memakan bangkai.
Bagi meringankan bebanan Abu Talib, Rasulullah telah mengambil Ali bin Abi Talib tinggal bersamanya dan Saidina Abbas ( juga bapa saudara Nabi) telah mengambil Jaafar bin Abi Talib.
Ja'far bin Abi Thalib (juga dikenali dengan jolokan Jafar-e-Tayyar) adalah sepupu Nabi Muhammad S.A.W ( anak lelaki Abu Thalib ) Ja'far dibesarkan oleh bapa saudaranya, Abbas bin 'Abdul Mutalib, kerana ayahnya yang miskin dan harus menanggung keluarga besar.
Dari sudut akhlak, tubuh badan dan rupa Jaafar bin Abi Thalib adalah yang paling mirip kepada
Nabi Muhammad berbandiang dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad S.A.W yang lain.
Nabi Muhammad memanggil Ja'far, sebagai "Bapa orang-orang Miskin", kerana beliau selalu menolong dan membantu orang miskin dengan semua wang yang dimiliki. Ja'far bin Abi Thalib termasuk golongan awal memeluk Islam. Semasa di Madinah, Rasulullah s.a.w telah mempersaudarakan beliau dengan Muaz bin Jabal r.a. Ja'far bin Abi Thalib telah bernikah dengan Asma binti Umais.
Hijrah ke Habasyah
Disaat pengikut-pengikut awal yang memeluk Islam menerima pelbagai seksaan yang pedih itu, maka turunlah surah al-Kahfi sebagai jawapan yang antara lain satu isyarat daripada Allah kepada hamba-hamba-Nya itu supaya berhijrah.
Jaafar Bin Abu Talib telah mengetuai rombongan kaum Muslimin Mekah ke Habsyah yang terdiri daripada 83 orang lelaki dan 18 orang wanita. Sebaik sahaja rombongan ini tiba di Habsyah, mereka telah bergabung dengan kaum Muslimin dari Yaman seramai 50 orang di bawah pimpinan Abu Musa Al-Asy dan Jaafar bin Abu Talib telah diangkat sebagai ketua kumpulan.
Melihatkan kepada keadaan di Habsyah ini, dua orang wakil dari kaum Quraisy telah dihantar oleh pembesar mereka untuk berjumpa dengan Raja Habsyah yang bernama Raja Najjasi, dengan harapan untuk mengembalikan semula rombongan dari Mekah ke Mekah. Dua wakil Quraisy itu adalah Amr bin As dan Imarah bin Walid. Kedua-dua nya diutuskan kepada Raja Najjasi dengan membawa hadiah untuk dipersembahkan.
Sebaik bersua dengan Raja Najjasi (Ashamah al Najashi ), mereka berkata “ Sesungguhnya satu rombongan kaum kerabat kami telah meninggalkan Mekah dan lari ke negeri tuanku. Mereka lari kerana tidak suka kepada kami dan agama kami, bahkan mereka tidak mengikut agama tuanku. Sesungguhnya pemimpin Quraisy mengutuskan kami untuk menjumpai tuanku, dan supaya tuanku mengembalikan mereka ke Mekah”
Lalu, Jaafar bin Abu Talib selaku ketua kumpulan kaum Muslimin tadi datang bersama beberapa orang kaum Muhajirin mengadap Raja Habsyah tanpa memberikan rukuk hormat sebagaimana adat di istana, lalu Raja Habsyah pun bertanya “ Mengapa kamu tidak hormat seperti adat yang biasanya dalam istana ini?”
Lalu, Jaafar bin Abu Talib pun menjawab dengan rendah dirinya,
“ Kami telah memberikan penghormatan kepadamu dengan cara penghormatan ahli syurga. Kami memang tidak rukuk kecuali kepada Allah.”
Raja bertanya: “Agama apa yang kamu anuti itu sehingga kamu rela meninggalkan kaum kamu tidak mahu masuk agamaku dan tidak agama-agama lain?”
Jaafar menjawab,” Wahai raja! Kami ini adalah kaum jahiliah, penyembah berhala, memakan bangkai, kuat menindas orang yang dhaif. Kemudian Allah mengutuskan seorang rasul kepada kami, ia diutus dari kalangan kami sendiri dan kami sudah tahu tentang kejujurannya, pemaaf dan amanahnya. Beliau mengajak kami meng-Esakan Allah serta meninggalkan perbuatan menyembah berhala.”
“Oleh kerana kami mengikutnya, maka kami diseksa dan ditindas dengan tujuan supaya kami kembali ke zaman jahiliah. Disebabkan hebatnya penindasan dan penekanan mereka, ini maka kami lari ke negeri tuan. Kami memilih negeri tuan kerana ingin dekat dengan tuan. Kami harap tuan tidak menganiaya kami”. Begitulah kata-kata yang terkeluar dari mulut Jaafar bin Abu Talib.
Apabila merasakan misi mereka mula menampakkan kegagalan, maka Amru al As mencelah dan berkata: "Wahai paduka baginda, sesungguhnya mereka menuduh Isa (Nabi) dengan perkataan-perkataan yang tidak baik".
Sebagai seorang raja dan juga pendeta agama Nasrani. Raja Najjasi telah menguji sekali lagi pengetahuan Jaafar bin Abu Talib tentang Nabi Isa.
Tanpa sebarang ragu-ragu Jaafar pun membacakan beberapa ayat dari permulaan surah al-Maryam. Sebaik Raja itu mendengar bacaan surah Maryam dari Jaafar, lalu beliau menangis sambil berkata,” Sesungguhnya ini dan yang dibawa oleh Isa adalah berasal dari satu sumber”. Raja Najjasi akhirnya memeluk Islam, dan diikuti dengan ramai rakyat dinegerinya.
Kemudian, Raja Najjasi mengisytiharkan akan melindungi orang-orang Mukmin yang berhijrah serta memulangkan hadiah hadiah yang dibawa kepada dua orang utusan Quraisy.
Maka wakil-wakil Quraisy itu akhirnya terpaksa pulang dengan kegagalan
Ja'far bin Abi Thalib pulang dari Habsyah sewaktu penaklukan Khaibar ( Tahun 629M ) dan turut menuju ke Khaibar bersama dengan Abu Musa Al-Asy'ary. Pada tahun ke 8 Hijrah, Ja'far bin Abi Thalib mengikut perang Mu'tah dan gugur syahid di sana. Peperangan Mu’tah merupakan peperangan pertama umat islam dengan pasukan Rom
Friday 18 November 2011
HADITH 40
Hadis Pertama
" Dari Amirul Mukminin Umar Al-Khattab r.a katanya : " Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : - ' Hanyasanya amalan-amalan itu adalah ( bergantung ) kepada niat, dan hanyasanya bagi setiap manusia itu apa ( balasan ) yang diniatkannya. Maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang berhijrah kerana dunia yang ingin ia memperolehinya atau kerana seorang perempuan yang ingin ia menikahinya, maka hijrahnya itu adalah atas apa yang ia berhijrah kerananya.'Hadis Kedua
Dari Umar Ibnul-Khattab r.a, katanya : Sedang kami duduk di dalam majlis bersama Rasulullah SAW pada suatu hari, tiba-tiba mucul di dalam majlis itu seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, berrambut terlalu hitam, tiada kesan bahawa ia seorang musafir, dan tiada antara kami yang mengenalinya, lalu duduk ia bersama Rasulullah SAW, dan ditemukan kedua lututnya dengan kedua lutut Rasulullah SAW serta diletakkan kedua tapak tangannya ke atas kedua paha Rasulullah SAW, lalu berkata :Sipemuda : Khabarkan aku tentang Islam ?
Rasulullah : Islam, iaitu hendaklah mengucap syahadat - bahawa tiada Tuhan melainkan Allah Ta'ala dan bahawasanya Muhammad itu Rasulullah, dan hendaklah bersembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah apabila berdaya ke sana.
Sipemuda : Benar katamu.
( Berkata Umar r.a : Kami merasa hairan kepada tingkah laku sipemuda itu, dia yang bertanya dan dia pula yang mengiyakannya )
Sipemuda : Khabarkanlah kepada ke tentang Iman ?
Rasulullah : Hendaklah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Akhirat dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir Allah yang baikNya atau yang burukNya.
Sipemuda : Benar katamu ! Khabarkanlah kepadaku tentang Ihsan ?
Rasulullah : Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya. Sekiranya engkau tidak dapat melihatNya sesungguhnya Allah sentiasa dapat melihat engkau.
Sipemuda : Khabarkan padaku tentang hari kiamat ?.
Rasulullah : Tiadalah orang yang ditanya itu lebih mengetahui dari orang yang bertanya.
Sipemuda : Khabarkan padaku tentang tanda-tandanya ?
Rasulullah : Apabila hamba perempuan melahirkan tuannya sendiri ; Apabila engkau melihat orang yang berkaki ayam, tidak berpakaian, pengembala kambing ( berbangga ) membina bangunan yang tinggi-tinggi.
( Kemudian beredar keluar sipemuda itu dari majlis tersebut ) :
Rasulullah : Tahukan anda wahai Umar siapakah pemuda yang menyoal kau tadi ?
Umar Al-Khattab : Allah dan RasulNya jua yang mengetahui.
Rasulullah : Itulah Jibril a.s yang telah mendatangi aku untuk mengajarkan kamu pelajaran agama kamu.
Hadis Ketiga
" Dari Abu Abdul Rahman, Abdullah bin Umar r.a, berkata : Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : ' Islam itu didirikan atas lima ( pekara ) - Menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahawasanya Muhammad itu Rasulullah, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, naik haji ke Baitullah dan puasa sebulan Ramadhan. "Hadis Keempat
" Dari Abu Abdul Rahman, Abdullah bin Mas'ud r.a, katanya Rasulullah SAW telah menceritakan kepada kami, sedangkan baginda seorang yang benar dan dibenarkan kata-katanya, sabdanya : ' Sesungguhnya sesaorang kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berupa setitik air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian seketul daging seperti yand demikian itu juga, iaitu 40 hari. Kemudian diutuskan kepadanya malaikat, lalu ditiupkan roh kepadanya dan diperintahkan menulis empat pekara : rezekinya, ajalnya, amalannya, celaka dan bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain daripadaNya, sesungguhnya sesaorang kamu itu tetap akan beramal dengan amalan ahli syurga sehinggalah di antaranya dengan syurga itu jaraknya cuma sehasta sahaja. Tiba-tiba dia telah didahului oleh tulisannya ( suratan takdir ) sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya sesaorang kamu tetap akan beramal dengan amalan ahli neraka sehinggalah di antara dirinya dengan neraka cuma sehasta saja. Tiba-tiba dia telah didahului oleh tulisannya sehingga dia beramal dengan amalan ahli syurga, maka akhirnya masuklah dia ke dalam syurga itu. "Hadis Kelima
" Daripada Ummul Mukminin, Ummi Abdullah Aisyah r.a. katanya : Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama yang bukan darinya adalah tertolak ', ~ diriwayatkan dari Al-Bukhari dan Muslim. Dan pada riwayat yang lain oleh Imam Muslim : " Barangsiapa yang melakukan sesuatu amalan yang tidak dari perintah kami, maka ia adalah tertolak. "Hadis Keenam
"Dari Abu Abdullah An-Nu'man bin Basyir r.a. katanya : saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : ' Sesungguhnya yang halal itu terang ( jelas ) dan yang haram itu terang, dan di antara keduanya pula terdapat pekara-pekara yang syubahat ( tidak terang halal atau haramnya ) yang tiada diketahui oleh orang ramai. Orang yang memelihara dirinya dari pekara-pekara yang syubahat itu adalah seperti orang yang melindungi agama dan kehormatan dirinya. Orang yang tergelincir ke dalam pekara syubahat itu akan tergelincir masuk ke dalam pekara haram. Laksana seorang pengembala di pinggir sebuah tempat larangan, yang akhirnya lalai dan masuk ia ke dalam tempat larangan itu. Adapun bagi setiap raja sebuah tempat larangan, dan tempat larangan Allah itu adalah pekara-pekara yang diharamkanNya. dan ketahuilah pada setiap jasad itu seketul daging. Andainya ia baik, baiklah seluruh jasad itu dan sekiranya ia rosak maka rosaklah seluruh jasad itu. Itulah hati. 'Hadis Ketujuh
Dari Abu Ruqayah Tamim bin Aus Ad-Dhari r.a, bahawasanya Nabi SAW bersabda : ' Agama itu adalah nasihat. ' Kami sekelian bertanya : ' Untuk siapa ? ' Maka jawab Rasulullah SAW : ' Bagi Allah, kitabNya, RasulNya dan bagi penganjur-penganjur kaum Muslimin dan orang awamnya. 'Hadis Kelapan
Dari Ibn Umar r.a, bahawasanya Rasulullah SAW pernah bersabda : ' Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehinggalah mereka mengaku tiada tuhan selain Allah dan bahawa Muhammad itu Rasulullah, dan mendirikan sembahyang, memberi zakat, maka jika mereka melakukan semua itu akan terselamatlah darah dan harata benda mereka dariku, kecuali yang mana ada hak Islam padanya dan perkiraan mereka terserahlah kepada Allah Ta'ala. 'Hadis Kesembilan
Dari Abu Hurairah Abdul Rahman bin Sakhar r.a : " Bahawa saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : ' Apa yang aku larang kamu lakukan maka hendaklah kamu tinggalkannya, dan apa yang aku perintahkan kamu lakukan hendaklah kamu lakukan sekadar kemampuan kamu. Sesungguhnya telah binasa umat-umat yang sebelum kamu disebabkan terlalu banyak bertanya serta pertelingkahan mereka terhadap Nabi-Nabi mereka.Hadis Kesepuluh
Dari Abu Hurairah r.a : Telah bersabda Rasulullah SAW : " Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik, dia tidak akan menerima melainkan yang baik sahaja. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin sama sebagaimana Dia memerintahkan para Mursalin ( para Rasul ). Allah berfirman : ' Wahai para Rasul, makanlah dari yang baik-baik dan kerjakanlah amalan yang saleh. ' Dan Allah berfirman lagi : ' Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baik yang Kami berikan kepada kamu. ' Kemudian Rasulullah SAW mengisahkan tentang seorang lelaki yang telah belayar jauh. Rambutnya kusut, berdebu, mengangkat kedua belah tapak tangannya ke langit serta memohon : Ya Tuhanku ! Ya Tuhanku ! Sedangkan makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram dan pakaiannya dari yang haram, dan dia telah dikenyangkan dari sumber yang haram. Alangkah jauhnya dia ( doanya ) untuk dikabulkan. 'Hadis Kesebelas
Dari Abu Muhammad, Al-Hasan bin Ali bin Abu Talib, cucu Rasulullah SAW dan kesayangannya r.a yang berkata : " Aku menghafal dari Rasulullah SAW : ' Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada yang tiada meragukanmu. "Hadis Keduabelas
Dari Abu Hurairah r.a katanya: " Telah bersabda Rasulullah SAW : " Sebaik-baik Islam sesaorang itu adalah peninggalannya tentang apa yang tiada kena mengena dengannya. "Hadis Ketigabelas
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik r.a, khadam kepada Rasulullah SAW, bersabda Nabi SAW : Tiada beriman sesaorang kamu, sehinggalah ia mencintai saudaranya sama seperti ia menyintai dirinya sendiri.Hadis Keempatbelas
Dari Ibnu Mas'ud r.a, katanya : Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Tiada dihalalkan darah seorang Muslim, kecuali atas satu dari tiga sebab ; janda yang berzina, jiwa dengan jiwa ( membunuh tanpa hak ) dan orang yang meninggalkan agamanya, yang memisahkan diri dari jemaah.'Hadis Kelimabelas
Dari Abu Hurairah r.a, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berkata yang baik atau berdiam diri. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berbuat baik kepada jiran tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah menghormati tetamunya. "Hadis Keenambelas
Dari Abu Hurairah r.a, bahawasanya ada seorang telah berkata kepada Nabi SAW : " Nasihatilah kepadaku ! " Dijawab oleh Nabi SAW : " Jangan marah! " Orang itu berulangkali meminta supaya dirinya dinasihati, maka tetap Rasulullah SAW mengatakan : " Jangan marah ! "Hadis Ketujuhbelas
Dari Abi Ya'la Syaddad bin Aus r.a, bahawa Rasulullah SAW bersabda : " Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berihsan ( menyempurnakan sesuatu dengan baik ) terhadap semua pekara. Seandainya kamu membunuh, maka bunuhlah secara sempurna, dan apabila menyembelih maka elukkanlah penyembelihan. Hendaklah sesaorang kamu menajamkan mata pisaunya dan merehatkan penyembelihannya. "Hadis Kelapanbelas
Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdul Rahman, Muaz bin Jabal r.a, dari Rasulullah SAW, sabdanya : " Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringkanlah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, mudah-mudahan yang baik itu akan memadam yang jahat. Dan berperangai kepada manusia dengan dengan perangai yang bagus. "Hadis Kesembilanbelas
Dari Abu Abbas, Abdullah bin Abbas r.a : " Bahawa pada suatu hari saya sedang berada di belakang Rasulullah SAW ( di atas binatang tunggangannya ), lalu sabda baginda : ' Wahai anak kecil, sesungguhnya aku telah mengajar kamu beberapa perkataan. Peliharalah ( perintah ) Allah, nescaya Dia akan memelihara kamu, peliharalah ( kehormatan ) Allah, nescaya engkau akan merasakan Dia berada bersama-samamu. Jika engkau memohon, pohonlah kepada Allah semata-mata. Jika engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah semata-mata. Ketahuilah bahawa jika semua umat manusia berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu menafaat, nescaya mereka tidak akan mampu memberi menafaat itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditaqdirkan oleh Allah. Begitu juga sekiranya mereka berkumpul untuk menentukan suatu mudharat untuk kamu, nescaya mereka tidak akan mampu menentukannya, melainkan dengan suatu yang telah ditentukan Allah ke atas kamu. Telah diangkat kalam ( tulisan ) dan telah kering ( tinta ) buku catitan. 'Hadis Keduapuluh
Dari Abu Mas'ud, Uqbah bin Amru Al-Anshari Al-Badri r.a, katanya : " Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Di antara sabda para Nabi yang terdahulu yang masih dipakai untuk orang ramai ( sehingga kini ) ialah : Jika engkau tiada malu, buatlah sesuka hati kamu. 'Hadis Keduapuluh Satu
Dari Abu Amru dan dikatakan pula dari Abi Amrah Sufyan bin Abdullah r.a, katanya : " Saya pernah bertanya Rasulullah SAW : Ajarkanlah kepadaku suatu ajaran mengenai Islam, yang tidak akan aku tanyakan lagi daripadanya akan seorang yang selain daripada engkau. Sabda Rasulullah SAW : ' Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian hendaklah engkau beristiqamah.' "Hadis Keduapuluh Dua
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al-Anshari r.a, bahawasanya telah bertanya seorang lelaki kepada Rasulullah SAW : " Apa pendapatmu jika saya menunaikan semua sembahyang fardhu, dan aku berpuasa sebulan Ramadhan, dan aku halalkan yang halal dan aku haramkan yang haram, dan aku tidak menambahkan suatu atas demikian itu, adakah aku masuk syurga? Jawab Rasulullah SAW : Ya. "Hadis Keduapuluh Tiga
Dari Abu Malik Al-Hariths bin Ashim Al-Ashya'ri r.a, katanya : Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Suci itu sebahagian daripada iman, dan Alhamdullilah memenuhi timbangan, dan Subhanallah Wal-Hamdullilah pula akan memenuhi ruang antara langit dan bumi. Dan sembahyang itu cahaya, dan sedekah itu bukti, dan sabar itu sinaran dan Al-Quran itu dalil bagimu atau atasmu. Setiap manusia berusaha, ada yang menjual dirinya, ada yang memeliharanya dan ada yang membinasakannya. 'Hadis Keduapuluh Empat
Dari Abu Dzar Al-Ghafiri r.a, dari Nabi SAW yang meriwayatkan dari Tuhannya Allah Azzawajalla, bahawasanya Tuhannya telah berkata : " Wahai hamba-hambaKu ! Sesungguhnya aku telah mengharamkan penganiayaan atas diriKu, dan Aku jadikan haram di antara sesama kamu, maka janganlah kamu aniaya-menganiayai.Wahai hamba-hambaKu ! Kamu sekelian sesat, kecuali siapa yang telah Aku berikan hidayat kepadanya. Maka hendaklah kamu minta hidayat daripadaKu, nescaya Aku akan memberi hidayat itu kepadamu.
Wahai hamba-hambaku ! Sekelian kamu lapar kecuali siapa yang telah Aku berikan makanan kepadanya, maka hendaklah kamu sekelain meminta makan daripadaKu, nescaya Aku akan beri kamu makan.
Wahai hamba-hambaku ! Sekelian kamu bertelanjangan, kecuali sesiapa yang aku berikan pakaian, maka mintalah pakaian daripadaKu.
Wahai hamba-hambaku ! Sekelian kamu membuat kesalahan pada waktu malam dan siang dan Akulah yang sahaja yang mengampunkan segala dosa. Maka mintalah keampunan daripadaKu, nescaya Aku akan mengampunkan segala dosa-dosa kamu.
Wahai hamba-hambaku ! Kamu sekelian tidak mampu merancang sesuatu mudharat untuk memudharatkan Aku, dan kamu tidak mampu merancang sesuatu menafaat untuk memenafaatkan Aku.
Wahai hamba-hambaku ! Jika sekiranya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian di antara kamu bersatu, samada dari jenis manusia atau jin, semuanya bertaqwa seperti taqwanya hati seorang manusia di antara kamu, nescaya yang demikian itu tidak akan menambahkan barang sedikit pun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaku ! Jika sekiranya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian di antara kamu bersatu, samada dari jenis manusia atau jin, semuanya berhati jahat seperti jahatnya hati seorang manusia di antara kamu, nescaya yang demikian itu tidak akan mengurangkan barang yang sedikit pun pada kerajaanKu.
Wahai hamba-hambaku ! Jika sekiranya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian di antara kamu bersatu, samada dari jenis manusia atau jin, semuanya berkumpul pada sebuah tanah lapang lalu masing-masing meminta padaKu, nescaya Aku akan memperkenankan kepada tiap-tiap seorang itu akan permintaannya, nescaya yang demikian tidak akan mengurangkan sedikit pun dari apa yang Aku miliki, melainkan seperti terkurangnya sebatang jarum yang jatuh ke dalam laut.
Wahai hamba-hambaku ! Sebenarnya semua itu adalah amalan-amalan kamu yang Aku catitkan bagi kamu sekelian, kelak di kemudian hari akan Aku balas atas tiap-tiap satu daripadanya. Oleh itu, barangsiapa menerima kebaikan hendaklah ia memuji Allah dan barangsiapa yang menerima sebaliknya janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. "
Hadis Keduapuluh Lima
Dari Abu Dzar Al-Ghafiri r.a jua, bahawasanya segolongan manusia dari sahabat-sahabat Rasulullah SAW, bertanya kepada Nabi SAW : " Wahai Rasulullah ! Orang-orang kaya telah lebih banyak mendapat pahala. Mereka sembahyang sebagaimana kami sembahyang, berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bersedekah pula dengan harta kekayaan mereka yang lebih itu."Bersabda Nabi SAW : " Bukankah Tuhan telah menunjukkan kamu cara-cara bagaimana kamu boleh bersedekah ? Sesungguhnya dengan tiap-tiap tasbih itu sedekah, dan tiap-tiap takbir itu sedekah, dan tiap-tiap tahlil itu sedekah, dan pada tiap-tiap tahmid itu sedekah dan pada tiap-tiap tahli itu sedekah, dan menyuruh berbuat kebaikan itu sedekah dan melarang membuat kejahatan itu sedekah, dan persetubuhan sesaorang dengan isteri juga sedekah. "
Bertanya para sahabat : " Ya Rasulullah ! Adakah sesaorang kami yang memuaskan syahwat dengan isterinya mendapat pahala juga ? "
Bersabda Rasulullah SAW : " Apakah pendapat kamu sekiranya sesaorang itu melepaskan syahwatnya pada yang haram, adakah dosa atasnya ? Demikianlah pula, jika ia melepaskan syahwatnya pada yang halal, adalah baginya pahala. "
Hadis Keduapuluh Enam
Daripada Abu Hurairah r.a : Bahawa Nabi SAW telah bersabda : " Setiap anggota manusia harus membuat sedekah setiap hari apabila matahari terbit. Engkau mendamaikan antara dua orang adalah sedekah. Dan engkau menolong sesaorang menaiki tunggangannya atau pun engkau menolong mengangkat baginya barang-barang ke atas tunggangnya adalah sedekah, dan perkataan yang baik itu sedekah. Dan pada tiap-tiap langkah menuju ke tempat sembahyang adalah sedekah. Dan engkau menjauhkan bahaya dari jalan laluan juga menjadi sedekah. "Hadis Keduapuluh Tujuh
Dari An-Nawwas bin Sim'an r.a, dari Nabi SAW yang bersabda : " Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik. Dan dosa pula adalah apa yang tersimpul di dalam diri engkau dan engkau benci bahawa ia diketahui manusia mengenainya.~ Riwayat Muslim
Dari Abi Wabishah bin Ma'bad r.a : " Bahawa aku datang kepada Rasulullah SAW lalu banginda bertanya : ' Engkau datang bertanyakan erti kebajikan ? ' Aku menjawab : ' Ya '. Sabda Rasulullah SAW lagi : ' Tanyalah hati engkau. ' Kebajikan itu ialah apa yang mententeramkan diri engkau kepadanya serta mententeramkan hati. Manakala dosa pula ialah apa yang mengganggu jiwa dan meragui dalam dada, walaupun orang ramai telah memberikan engkau fatwa dan terus menfatwakan sesuatu.' "
Hadis Keduapuluh Lapan
Dari Abi Najih bin Al-Irbadh bin Sariyah, katanya : " Rasulullah SAW telah memberikan suatu nasihat kepada kami yang mengeletarkan hati dan menitiskan air mata. Maka kami berkata kepadanya : ' Wahai Rasulullah, seolah-olah ini suatu nasihat yang terakhir, maka berikanlah kepada kami suatu pesanan. ' Sabda Rasulullah SAW : ' Saya berpesan kepada kamu supaya sentiasa bertaqwa kepada Allah Azza wajalla serta mendengar dan taat sekalipun kepada seorang hamba yang memerinta kamu. Sesungguhnya orang-orang yang masih hidup di antara kamu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang kepada sunnahku dan dan sunnah Khalifah Ar-Rasyiddin Al-Mahdiyyin yang beroleh petunjuk ( daripada Allah ) dan gigitlah ia dengan gigi geraham kamu ( berpegang teguh dengannya dan jangan dilepaskan sunnah-sunnah itu ).Dan jauhilah kamu dari pekara-pekara yang diadakan, kerana sesungguhnya tiap-tiap bida'ah itu menyesatkan. '
Hadis Keduapuluh Sembilan
Dari Muaz bin Jabal r.a, berkata : " Khabarkan kepadaku suatu amalan yang membolehkan aku masuk ke dalam syurga dan menjauhkan aku dari neraka. "Jawab Nabi SAW : " Sebenarnya engkau telah bertanya suatu pekara yang besar, dan sesungguhnya amat mudah sekali bagi sesiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala, iaitu : Hendaklah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan suatu yang lain. Engkau mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, berpuasa sebulan Ramadhan dan mengerjakan haji ke Baitullah. "
Kemudian Nabi bersabda lagi : " Mahukah engkau aku khabarkan pokok amalan, tiangnya dan kemuncaknya? " Aku menjawab : " Mahu, ya Rasulullah . " Sabda baginda : " Pokok amalan ialah Islam, tiangnya ialah sembahyang dan kemuncaknya ialah jihad. "
Kemudian Nabi bersabda lagi : " Mahukah engkau aku khabarkan kunci kepada semua pekara ini ? " Aku menjawab : " Mahu, ya Rasulullah. " Lalu baginda memegang lidahnya seraya berkata : " Awas, jaga ini baik-baik. "
Aku bertanya : " Ya Rasulullah, adakah kami akan dituntut kerana berkata dengannya ? " Baginda lalu menjawab : " Dan tidak akan dicampakkan manusia ke atas muka mereka atau batang hidung mereka ke dalam neraka, melainkan hasil tutur bicara mereka. "
Hadis Ketigapuluh
Dari Abi Tsa'labah Al-Khusani, Jurthum bin Nashir r.a, daripada Rasulullah SAW, yang bersabda : " Sesungguhnya Allah Ta'ala telah memfardhukan beberapa kewajipan, maka janganlah kamu mengabaikannya. Dan ia telah menetapkan beberapa hudud ( batasan ), maka janganlah kamu melampauinya. Dia telah mengharamkan beberapa benda maka janganlah kamu melanggarnya. Dan Dia telah mendiamkan beberapa pekara sebagai suatu rahmat terhadap kamu, bukan kerana lupa maka janganlah kamu membahas mengenainya. "Hadis Ketigapuluh Satu
Dari Abu Abbas, Sahil bin Saad As-Sa'idd r.a, berkata : " Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW dan bertanya : ' Ya Rasulullah, tunjukkan aku suatu amalan, sekiranya aku buat, nescaya aku dicintai oleh Allah dan orang ramai. 'Maka dijawab Nabi : ' Hendaklah zahid di dunia, nescaya engkau dicintai oleh Allah dan engkau zahid pada apa yang ada di sisi manusia, maka nescaya engkau dicintai oleh orang ramai. '
Hadis Ketigapuluh Dua
Dari Abi Said Sa'd bin Malik bin Sinan Al-Khudri r.a, bahawasanya Rasulullah SAW pernah bersabda : " Tiada mudharat dan tiada memudharatkan. "Hadis Ketigapuluh Tiga
Dari Ibn Abbas r.a bahawa Nabi SAW pernah bersabda : " Jika dilayankan setiap orang dengan tuntutannya, nescaya ada orang yang menuntut harta benda orang lain dan ada pula yang menuntut darahnya. Akan tetapi yang menuntut itu harus menbawa saksi, manakala yang memungkiri harus bersumpah. "Hadis Ketigapuluh Empat
Dari Abi Said Al-Khudri r.a, katanya : " Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya ( kuasanya ). Sekiranya ia tiada berkuasa maka hendaklah ia mengubahnya dengan lidahnya ( nasihatnya ). Sekiranya ia tiada berkuasa maka hendaklah ia mengubahkannya dengan hatinya ( tidak meredhai perbuatan tersebut ). Dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.Hadis Ketigapuluh Lima
Dari Abu Hurairah r.a, katanya : " Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Janganlah kamu berdengki-dengkian, dan jangan kamu tipu-menipu, dan jangan benci-membenci, dan jangan musuh memusuhi, dan jangan kamu berjual beli atas jual beli setengah yang lain, dan jadilah kamu sekelian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.Seorang Muslim adalah bersaudara sesama Muslim, tidak boleh menganiayanya, tidak boleh membiarkannya tertindas, tidak boleh mendustainya dan tidak boleh menghinainya.
Taqwa itu berpunca dari sini - sambil Nabi SAW menunjukkan ke dadanya tiga kali. Sudah memadailah kejahatan seorang itu jika ia menghina saudaranya yang Islam. Seorang Muslim ke atas seorang Muslim yang lain diharamkan darahnya, harta bendanya dan kehormatannya. ' "
Hadis Ketigapuluh Enam
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, dari Nabi SAW, yang bersabda : " Barangsiapa yang melapangkan seorang mukmin suatu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, nescaya Allah akan melepaskan dirinya dari suatu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di hari kiamat.Dan barangsiapa yang meringankan penderitaan seorang yang susah, nescaya Allah akan meringankan penderitaan dirinya di dunia dan di akhirat.
Barangsiapa yang menutup keaipan seorang Muslim, nescaya Allah akan menutup keaipannya di akhirat. Dan Allah selalu menolong hambaNya, selagi hambaNya berusaha menolong saudaranya.
Barangsiapa yangmenuju satu jalan untuk menuntut ilmu, nescaya Allah akan memudahkan suatu jalan baginya ke syurga. Dan tidak berhimpun suatu kelompok manusia dalam suatu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mempelajarainya antara sesama mereka, melainkan diturunkan ke atas perhimpunan mereka ketenteraman, diliputi oleh rahmat., di kelilingi oleh para Malaikat dan disebut Allah kepada sesiapa yang di sisiNya. Sesiapa yang dilengahkan oleh amalannya maka tidak akan dipercepatkan oleh keturunannya. "
Hadis Ketigapuluh Tujuh
Dari Ibn Abbas r.a dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan hadis ini daripada Tuhannya Tabaraka Wa Ta'ala, katanya : " Sesungguhnya Allah telah menetapkan yang baik dan yang jahat, dan telah menerangkan keduanya itu. Maka barangsiapa yang bercita kepada kebaikan, kemudian ia tidak mengerjakannya - Allah akan mencatit disisinya satu hasanah yang sempurna. Dan jika ia melaksanakan, nescaya Allah akan mencatitkan di sisiNya sepuluh hasanah hingga tujuh ratus kali lipat ganda dan hingga sampai beberapa kali ganda banyaknya. Dan jika ia bercita-cita mengerjakan sesuatu kejahatan kemudian tidak dilakukannya, Allah akan mencatitkan di sisiNya satu hasanah yang sempurna. Jika ia meneruskan cita-citanya yang jahat itu dan melakukannya, Allah akan mencatitkan baginya satu kejahatan sahaja.~ Bukhari dan Muslim dalam kitab sahih keduanya.
Hadis Ketigapuluh Lapan
Dari Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : " Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman : Barangsiapa yang memusuhi waliKu ( orang yang setia padaku ), maka sesungguhnya aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada seorang hambaku yang bertaqarrub ( beramal ) kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Ku cintai hanya dari ia menunaikan semua yang ku fardhukan ke atas dirinya. Dan hendaklah hambaKu sentiasa bertaqarrub dirinya kepadaKu dengan nawafil ( ibadat sunat ) sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penghilantannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sekiranya ia meminta kepadaKu nescaya Aku berikan kepadanya, dan sekiranya ia memohon perlindungan kepadaKu nescaya Aku lindungi iaHadis Ketigapuluh Sembilan
Dari Ibn Abbas r.a, bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : " Sesungguhnya Allah memaafkan bagiku daripada umatku segala perbuatan dari kesilapan dan kelupaan dan segala yang dipaksa ke atas diri merekaHadis Keempatpuluh
Dari Ibn Umar r.a., katanya : " Rasulullah SAW telah memegang bahuku dan bersabda : ' Anggaplah dirimu di dunia ini sebagai seorang perantau, atau pengembara. ' Maka Ibn Umar berkata : "Jika engkau berada di waktu petang, maka janganlah engkau menunggu pagi. Dan jika engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu petang. Gunakanlah waktu sihatmu sebelum datang waktu sakit. Dan gunakanlah waktu hidupmu sebelum datang waktu mati. "Hadis Keempatpuluh Satu
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a katanya : " Telah bersabda Rasulullah SAW : ' Tiada beriman sesaorang dari kamu sehingga hawa nafsunya patuh kepada apa yang aku sampaikan. ' "Hadis Keempatpuluh Dua
Dari Anas r.a, katanya : " Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : ' Telah berfirman Allah Ta'ala :Wahai anak Adam ! Setiap kali engkau berdoa berharap kepadaKu, Aku akan tetap mengampunimu atas segala dosa yang engkau lakukan, dan Aku tiada peduli.
Wahai anak Adam ! Andaikata dosa-dosa kamu setinggi langi kemudian kamu memohon keampunanKu, nescaya Aku akan mengampunimu.
Wahai anak Adam ! Andaikata engkau datang padaku dengan dosamu sepenuh bumi ini, kemudian engkau menemuiKu, pada hal tiada engkau menyekutui akan Aku dengan sesuatu pun, nescaya Aku akan datang kepadamu dengan keampunan sepenuh bumi pula.
PERANG KHANDAQ
Perang Khandaq, dinamakan juga perang Ahzab. Menurut Ibnu Ishaq, Urwah bin Zubair, Baihaqi dan jumhur Ulama, sirah menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi pada bulan Syawwal tahun kelima Hijra. Ada juga yang mengatakan pada tahun keempat Hijra. Pendapat yang terakhir ini dikemukakan oleh Musa bin Uqbah kemudian diriwayatkan oleh Bukhari dan diikuti oleh Malik.
Sebabnya, karena beberapa pemimpin Yahudi dari Bani Nadlir berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum Musyrikin Quraisy melancarkan perang terhadap Rasulullah saw. Mereka berjanji: “Kami akan berperang bersama-sama kalian hingga berhasil menghancurkannya.“ Selanjutnya mereka berdalih dan meyakinkan bahwa: “Kepercayaan kalian (orang-orang Quraisy) jauh lebih baik daripada agama Muhammad.“ Berkenaan dengan mereka inilah Allah swt menurunkan firman-Nya :
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan Thogut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (Musyrik Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dariapda orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Siapa saja yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.“ QS an-Nisa 51-52
Maka mereka bersepakat bersama kaum Musyrikin Quraisy untuk memerangi kaum Muslimin, pada hari yang telah ditentukan bersama.
Kemudian para pemimpin Yahudi itu mendatangi suku Ghathafan dan berhasil mewujudkan persekutuan dengan mereka sebagaimana yang telah berhasil diciptakannya dengan kaum musyrikin Quraisy. Selain Bani Ghatfahan, turut bergabung pula Bani Fuzarah dan Bani Murrah yang selama itu menyimpan dendam kesumat terhadap Islam.
Ketika Rasulullah saw mendengar berita keberangkatan mereka dari Mekkah, beliau mengumumkannya kepada kaum Muslimin dan memerintahkan mereka untuk mengadakan persiapan perang. Rasulullah saw meminta pandangan para sahabatnya dalam menghadapi peperangan ini. Salman al-Farisi mengusulkan supaya digali parit di sekitar kota Madinah. Kaum Muslimin mengagumi usulan ini dan menyetujuinya (karena cara ini belum pernah dikenal oleh bangsa Arab dalam peperangan mereka). Kemudian bersama Rasulullah saw kaum Muslimin keluar dari kota Madinah dan berkemah di lereng gunung Sila dengan membelakanginya. Mereka mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh mereka. Waktu itu jumlah kaum Muslimin sebanyak tiga ribu sedangkan kaum Quraisy bersama kabilah-kabilah lain berjumlah sepuluh ribu.
Gambaran kerja kaum Muslimin dalam menggali parit: Imam Bukhari meriwayatkan dari Barra ra, ia berkata: Pada waktu perang Ahzab saya melihat Rasulullah saw menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang melumurinya. Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa kaum Anshar dan Muhajirin menggali parit dan mengusung tanah galian seraya mengucapkan :
"Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.“
Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah saw :
"Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akherat maka berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin.“
Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Jabir ra, ia berkata: Ketika kami sedang sibuk menggali parit di Khandaq kami temukan sebongkah batu besar yang sukar untuk dipecahkan. Para sahabat melapor kepada Nabi saw: “Sebongkah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian Khandaq“.
Kata Nabi saw: "Biarkan aku yang turun.“ Kemudian beliau segera bangkit, sedang perut beliau diganjal dengan batu. Sebelumnya kami tidak pernah merasakan makanan apa pun selama tida hari. Nabi saw segera mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu itu hingga hancur berupa pasir.
Kata Jabir ra: "Aku katakan kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah ijinkanlah aku untuk pulang sebentar.“ Sesampaiku di rumahku aku katakan kepada istriku,“ Aku lihat sesuatu pada diri beliau yang tidak boleh kita biarkan. Adakah kamu mempunyai sesuatu?“
Jawab istriku: “Ya, aku punya gandum dan seekor anak kambing.“ Kemudian anak kambing itu segera kusembelih dan gandum itu kutumbuk. Daging kambing itu kumasak dalam periuk dan tepung gandum kumasukkan ke dalam pembakaran roti. Aku kembali ke tempat Nabi saw dan kukatakan: “Ya, Rasulullah saw, aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu.“
Tanya Nabi saw, “Berapa banyakkah makanan itu?“ Setelah kusebutkan jumlah makanan itu beliau berkata, “Itu cukup banyak dan baik. Katakan pada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu jangan pula sampai dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana.“
Kemudian Nabi saw memanggil kaum Muhajirin dann Anshar, “Bangkitlah kalian!“ Di dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian Nabi saw berteriak memanggil, “Wahai para penggali parit, mari kita datang. Sesungguhnya Jabir telah memasak makanan besar.“
Ketika aku masuk ke tempat istriku kukatakan padanya, “Nabi saw datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar dan orang yang bersama mereka.“
Tanya istriku: “Apakah beliau menanyakan berapa banyak makanan kita? Jawabku: “Ya.“ Istriku berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“
Kemudian Nabi saw datang seraya berkata: “Masuklah kalian dan jangan berdesakan.“
Kemudian Nabi saw memotong-motong roti dan dicampurkan pada daging serta kuah yang ada di periuk. Kemudian beliau mendekatkan hidangan kepada para sahabat sedang beliau tetap memotong-motong roti itu dan dalam waktu yang bersamaan para sahabat makan dengan puas sampai kenyang.
Mereka semuanya kenyang, sedangkan roti dan kuah masih tetap banyak sisanya. Beliau berkata, “Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena kini sedang terjadi musim paceklik.“
Di dalam riwayat lain Jabir menurutkan: “Aku bersumpah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkan daging di dalam periuk kami masih tetap utuh, demikian pula roti kami.“
Sikap orang-orang Munafiq dalam penggalian Khandaq
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa orang-orang munafiq merasa enggan dalam mengerjakan penggalian parit bersama Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lemas dan tidak memiliki kemampuan. Bahkan banyak yang melarikan diri ke rumah tanpa sepengetahuan Rasulullah saw. Sedangkan setiap orang dari kaum Muslimin apabila mempunyai keperluan, ia pasti meminta ijin kepada Rasulullah saw dan kembali lagi melaksanakan tugas penggaliannya. Berkenaan dengan sikap ini Allah menurunkan firman-Nya:
"Sesungguhnya yang sebenar-benar mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta ijin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta ijin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka apabila mereka meminta ijin kepadamu karena sesuatu urusan, berilah ijin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ QS An-Nur : 62
Bani Quraidlah melanggar Perjanjian
Huyay bin Akhthab pergi mendatangi Ka‘ab bin Asad al-Qardli, mengajaknya untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama Rasulullah saw. Huyay bin Akhthab berkata kepadanya, “Aku datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan di sebuah lembah di dekat Raumah, dan suku Ghatfahan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan di ujung Nurqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan temapat sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.“ Ka‘ab menjawab: “Demi Allah, kamu datang kepadaku dengan membawa kehinaan sepanjang jaman … Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkan dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia.“ Tetapi Huyay terus mendesaknya hingga pada akhirnya Ka‘ab bersedia untuk melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian tersebut.
Setelah mendengar berita ini Rasulullah saw segera mengutus Sa‘ad bin Muadz untuk menyelidikinya. Kepadanya Nabi saw berpesan agar berbicara kepada Huyay dengan bahasa kiasan yang difahaminya jika berita itu benar, dan agar tidak memberikan peluang kepada orang banyak untuk menggunakan kekuatannya. Jika berita ini tidak benar maka hendaknya segera diumumkan kepada khalayak ramai. Setelah melacak berita dan ternyata berita itu benar maka Sa‘ad pun segera kembali kepada Rasulullah saw melaporkannya, “Ya, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana suku Adhal dan Qarah.“ Lalu Rasulullah saw mengatakan :
"Allah Maha Besar, bergembiralah wahai kaum Muslimin.“
Keadaan kaum Muslimin pada waktu itu
Kaum Muslimin mendapat kepastian bahwa Bani Quraidlah telah melanggar perjanjian. Pada saat yang sama kaum Munafiqin pun menyebarkan bibit-bibit keraguan dan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sementara musuh datang dari segala penjuru arah. Kaum Munafiq terus melancarkan tikaman dari dalam. Salah seorang dari kaum Munafiq itu berkata: “Dulu Muhammad menjanjikan bahwa kita akan memakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar, tetapi sekarang untuk pergi membuang hajat pun kita tidak aman.“
Melihat keadaan kaum Muslimin yang semakin terancam ini maka Rasulullah saw meminta pandangan Sa‘ad bin Muadz Sa‘ad bin Ubadah untuk melakukan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan dengan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah agar mereka bersedia untuk tidak ikut memerangi kaum Muslimin. Keduanya menjawab: “Wahai Rasulullah saw, apakah pemikiran ini merupakan perintah yang engkau inginkan agar kami melaksanakannya ataukah perintah yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, ataukah sekear kebijaksanaan yang engkau ambil untuk meringankan kami?“. Nabi saw menjawab, "Hanya sekedar kebijaksanaan yang aku ambil untuk menghancurkan kepungan mereka terhadap kalian.“ Pada saat itu SA‘ad bin Muadz berkata kepada Nabi saw, “Demi Allah, kita tidak perlu mengambil langkah itu. Demi Allah kami tidak akan rela memberikan sesuatu kepada mereka selain daripada pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara kami dan mereka.“ Setelah mendengar ucapan Sa‘ad bin Muadz ini wajah Rasulullah saw kelihatan berseri dan berkata kepadanya: “Engkau dapat yang engkau inginkan“
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ashim bin Amer bin Qatadah dari Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata: Pernyataan dan keinginan berdamai (antara kaum Muslimin dan Ghatfahan) itu tidak lain hanyalah sebagai manuver belaka.
Dalam pada itu kaum Musyrikin dikejutkan oleh parit di hadapannya. Mereka berkata, sungguh ini merupakan tipu daya yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab. Kemudian mereka mengambil posisi dan berkemah di sekitar parit mengepung kaum Muslimin. Tetapi tidak terjadi pertempuran kecuali beberapa orang Musyrik yang berusaha menyeberangi parit di suatu sudut yang sempit dan berhasil dicegat oleh kaum Muslimin. Dalam usaha ini sebagian mereka kembali dan sebagian yang lain terbunuh. Di antara orang Musyrik yang terbunuh itu terdapat Amer bin Wudd. Ia dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib.
Kekalahan kaum Musyrikin tanpa peperangan
Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam perang Khandaq ini tanpa melalui pertempuran. Allah mengalahkan mereka dengan dua sarana yang tidak melibatkan kaum Muslimin sama sekali. Pertama, dengan seorang lelaki dari kaum Musyrikin bernama Nu‘aim bin Mas‘du, yang datang kepada Nabi saw menyatakan diri masuk Islam yang kemudian menawarkan diri kepada Nabi saw untuk melaksanakan segala bentuk perintah yang diinginkan oleh Nabi saw. Lalu Nabi saw memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh. Kepadanya Nabi saw berpesan :
"Diantara kita, engkau adalah satu-satunya orang yang dapat melaksanakan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah tugas itu untuk menolong kita. Ketahuilah bahwa peperangan, sesungguhnya adalah tipu muslihat.“
Nu‘aim kemudian segera pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah untuk meyakinkan. Mereka mengira Nu‘aim masih sebagai seorang Musyrik agar mereka tidak turu berperang bersama-sama kaum Quraisy sebelum mendapat jaminan dari mereka berupa beberapa orang terkemuka sebagai sandera, supaya kaum Quraisy tidak mundur meninggalkan mereka sendirian di Madinah tanpa pembela dalam menghadapi Muhammad dan para sahabatnya. Mereka menjawab: “Engkau telah memberikan suatu pendapat yang amat baik.“
Setelah itu Nu‘aim pergi mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy. Kepada mereka Nu‘aim memberitahukan bahwa Bani Quraidlah telah menyesal atas apa yang mereka lakukan dan secara sembunyi-sembunyi mereka telah melakukan kesepakatan bersama Nabi saw untuk menculik beberapa peimpin Quraisy dan Ghatfahan untuk diserahkan kepada Nabi saw untuk dibunuhnya. Karena itu, bila orang-orang Yahudi itu datang kepada kalian untuk meminta beberapa orang sebagai sandera, janganlah kalian menyerahkan seorang pun kepada mereka.
Nu‘aim kemudian pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah. Kepada mereka ia mengemukakan apa yang dikemukakannya kepada orang-orang Quraisy. Demikianlah akhirnya terjadi salah paham di antara mereka dan saling tidak mempercayai. Sehingga masing-masing dari mereka menuduh terhadap yang lainnya sebagai berkhianat.
Kedua, dengan mengirimkan angin taufan pada malam hari yang dingin dan mencekam. Angin taufan datang menghempaskan kemah-kemah merekan dan menerbangkan kuali-kuali mereka. Hal ini terjadi setelah mereka melakukan pengepungan kepada kaum Muslimin selama sepuluh hari lebih.
Muslim meriwayatkan dengan sanad-nya dari Hudzaifah bin al-Yaman ra, ia berkata: “Pada suatu malam dalam situasi perang Ahzab, kami bersama Rasulullah saaw merasakan tiupan angin yang sangat kencang, dan dingin mencekam. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepadaku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada Hari Kiamat.“ Kami semua diam, tak seorang pun dari kami menjawabnya. Rasulullah saw mengulangi pertanyaan itu sampai tiga kali. Kemudian berkata:"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkanlah kepadaku.“ Maka tidak boleh tidak aku harus bangkit, karena beliau menyebut namaku. Nabi saw berpesan: “Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Ketika aku berangkat dari sisinya aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram kematian, hingga aku tiba di basis mereka. Kemudian aku lihat Abu Shofyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Lalu aku pasang anak panah di busur untuk memanahnya, tetapi aku segera teringat pesan Rasulullah saw, “Janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Kalau aku panahkan pasti akan mengenai pahanya. Kemudian aku kembali dengan berjalan seperit orang yang sedang dalam cengkeraman maut. Setelah aku datang kepada Nabi saw dan menyampaikan berita tentang kaum Musyrikin, Nabi saw menyelimuti aku dengan kainnya yang biasa dipakai untuk shalat. Malam itu aku tidur sampai pagi dan dibangunkan oleh Nabi saw seraya berkata, “Bangun, hai tukang tidur.“
Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan tambahan : Kemudian aku masuk di kalangan kaum Musyrikin, ketika angin dan tentara-tentara Allah sedang mengobrak-abrik mereka, menerbangkan kuali, memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Kemudian Abu Shafyan bangkit seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya?“ Hudzaifah berkata: “Kemudian aku memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu aku bertanya kepadanya: “Siapakah anda?“ Dia menajwab: “Fulan bin Fulan". Selanjutnya Abu Shofyan berkata: “Wahai kaum Quraisy, demi Allah swt, kalian tidak mungkin lagi dapat terus berada di tempat ini. Banyak ternak kita yang mati. Orang-orang Bani Quraidlah telah menciderai janji dan kita mendengar berita yang tidak menyenangkan tentang sikap mereka. Kalian tahu sendiri kita sekarang sedang menghadapi angin taufan yang hebat. Karena itu, pulang sajalah kalian, dan aku pun akan berangkat pulang.“
Pada keesokkan harinya seluruh kaum Musyrikin kembali meninggalkan medang perang, dan Rasulullah saw pun bersama para sahabatnya kembali ke Madinah.
Selama perang Ahzab ini berlangsung Nabi saw tidak henti-hentinya, siang malam senantiasa beristighfar, merendahkan diri, dan berdo'a kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Di antara do'a yang diucapkannya ialah :
"Ya Allah, Tuhan yang menurunkan kitab (Al-Quran) yang Maha cepat hidab-Nya, kalahkanlah barisan Ahzab (golongan Musyrikin). Kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.“
Pada peperangan ini Nabi saw luput satu waktu shalat kemudian dilaksanakan (qadlah) di luar waktunya. Di sebutkan di dalam Ash-Shahihain bahwa Umar bin Khathab ra datang, waktu perang Ahzab, setelah matahari terbenam kemudian dia mengecam orang-orang kafir Quraisy lalu berkata: “Wahai Rasulullah saw! Aku belum sempat shalat Ashar sampai matahari hampir terbenam.“ Nabi saw menjawab: “Demi Allah, aku sendiripun belum shalat (Ashar).“ Lalu kami berangkat ke tempat air dan berwudlu. Kemudian Nabi saw shalat Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu Nabi saw melanjutkan dengan shalat maghrib.
Imam Muslim menambahkan Hadits lainnya bahwa Nabi saw bersabda pada perang Ahzab, “Mereka (kaum Musyrikin) telah menyibukkan kita sehingga kita tidak sempat Shalat Ashar. Semoga Allah swt memenuhi rumah-rumah dan kuburan-kuburan mereka dengan api". Kemudian Nabi saw melaksanakan (shalatz Ashar) antara Maghrib dan Isya‘
Sebabnya, karena beberapa pemimpin Yahudi dari Bani Nadlir berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum Musyrikin Quraisy melancarkan perang terhadap Rasulullah saw. Mereka berjanji: “Kami akan berperang bersama-sama kalian hingga berhasil menghancurkannya.“ Selanjutnya mereka berdalih dan meyakinkan bahwa: “Kepercayaan kalian (orang-orang Quraisy) jauh lebih baik daripada agama Muhammad.“ Berkenaan dengan mereka inilah Allah swt menurunkan firman-Nya :
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan Thogut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (Musyrik Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dariapda orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Siapa saja yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.“ QS an-Nisa 51-52
Maka mereka bersepakat bersama kaum Musyrikin Quraisy untuk memerangi kaum Muslimin, pada hari yang telah ditentukan bersama.
Kemudian para pemimpin Yahudi itu mendatangi suku Ghathafan dan berhasil mewujudkan persekutuan dengan mereka sebagaimana yang telah berhasil diciptakannya dengan kaum musyrikin Quraisy. Selain Bani Ghatfahan, turut bergabung pula Bani Fuzarah dan Bani Murrah yang selama itu menyimpan dendam kesumat terhadap Islam.
Ketika Rasulullah saw mendengar berita keberangkatan mereka dari Mekkah, beliau mengumumkannya kepada kaum Muslimin dan memerintahkan mereka untuk mengadakan persiapan perang. Rasulullah saw meminta pandangan para sahabatnya dalam menghadapi peperangan ini. Salman al-Farisi mengusulkan supaya digali parit di sekitar kota Madinah. Kaum Muslimin mengagumi usulan ini dan menyetujuinya (karena cara ini belum pernah dikenal oleh bangsa Arab dalam peperangan mereka). Kemudian bersama Rasulullah saw kaum Muslimin keluar dari kota Madinah dan berkemah di lereng gunung Sila dengan membelakanginya. Mereka mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh mereka. Waktu itu jumlah kaum Muslimin sebanyak tiga ribu sedangkan kaum Quraisy bersama kabilah-kabilah lain berjumlah sepuluh ribu.
Gambaran kerja kaum Muslimin dalam menggali parit: Imam Bukhari meriwayatkan dari Barra ra, ia berkata: Pada waktu perang Ahzab saya melihat Rasulullah saw menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang melumurinya. Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa kaum Anshar dan Muhajirin menggali parit dan mengusung tanah galian seraya mengucapkan :
"Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.“
Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah saw :
"Ya, Allah sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akherat maka berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin.“
Imam Bukhari meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Jabir ra, ia berkata: Ketika kami sedang sibuk menggali parit di Khandaq kami temukan sebongkah batu besar yang sukar untuk dipecahkan. Para sahabat melapor kepada Nabi saw: “Sebongkah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian Khandaq“.
Kata Nabi saw: "Biarkan aku yang turun.“ Kemudian beliau segera bangkit, sedang perut beliau diganjal dengan batu. Sebelumnya kami tidak pernah merasakan makanan apa pun selama tida hari. Nabi saw segera mengambil martil dan dipukulkannya di atas batu itu hingga hancur berupa pasir.
Kata Jabir ra: "Aku katakan kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah ijinkanlah aku untuk pulang sebentar.“ Sesampaiku di rumahku aku katakan kepada istriku,“ Aku lihat sesuatu pada diri beliau yang tidak boleh kita biarkan. Adakah kamu mempunyai sesuatu?“
Jawab istriku: “Ya, aku punya gandum dan seekor anak kambing.“ Kemudian anak kambing itu segera kusembelih dan gandum itu kutumbuk. Daging kambing itu kumasak dalam periuk dan tepung gandum kumasukkan ke dalam pembakaran roti. Aku kembali ke tempat Nabi saw dan kukatakan: “Ya, Rasulullah saw, aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu.“
Tanya Nabi saw, “Berapa banyakkah makanan itu?“ Setelah kusebutkan jumlah makanan itu beliau berkata, “Itu cukup banyak dan baik. Katakan pada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu jangan pula sampai dikeluarkan dari tempat pembakarannya sebelum aku datang ke sana.“
Kemudian Nabi saw memanggil kaum Muhajirin dann Anshar, “Bangkitlah kalian!“ Di dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian Nabi saw berteriak memanggil, “Wahai para penggali parit, mari kita datang. Sesungguhnya Jabir telah memasak makanan besar.“
Ketika aku masuk ke tempat istriku kukatakan padanya, “Nabi saw datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar dan orang yang bersama mereka.“
Tanya istriku: “Apakah beliau menanyakan berapa banyak makanan kita? Jawabku: “Ya.“ Istriku berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.“
Kemudian Nabi saw datang seraya berkata: “Masuklah kalian dan jangan berdesakan.“
Kemudian Nabi saw memotong-motong roti dan dicampurkan pada daging serta kuah yang ada di periuk. Kemudian beliau mendekatkan hidangan kepada para sahabat sedang beliau tetap memotong-motong roti itu dan dalam waktu yang bersamaan para sahabat makan dengan puas sampai kenyang.
Mereka semuanya kenyang, sedangkan roti dan kuah masih tetap banyak sisanya. Beliau berkata, “Makanlah ini dan bagikanlah kepada orang banyak karena kini sedang terjadi musim paceklik.“
Di dalam riwayat lain Jabir menurutkan: “Aku bersumpah dengan nama Allah. Mereka telah makan hingga mereka pergi dan meninggalkan daging di dalam periuk kami masih tetap utuh, demikian pula roti kami.“
Sikap orang-orang Munafiq dalam penggalian Khandaq
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa orang-orang munafiq merasa enggan dalam mengerjakan penggalian parit bersama Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lemas dan tidak memiliki kemampuan. Bahkan banyak yang melarikan diri ke rumah tanpa sepengetahuan Rasulullah saw. Sedangkan setiap orang dari kaum Muslimin apabila mempunyai keperluan, ia pasti meminta ijin kepada Rasulullah saw dan kembali lagi melaksanakan tugas penggaliannya. Berkenaan dengan sikap ini Allah menurunkan firman-Nya:
"Sesungguhnya yang sebenar-benar mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan apabila mereka bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta ijin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta ijin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka apabila mereka meminta ijin kepadamu karena sesuatu urusan, berilah ijin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ QS An-Nur : 62
Bani Quraidlah melanggar Perjanjian
Huyay bin Akhthab pergi mendatangi Ka‘ab bin Asad al-Qardli, mengajaknya untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama Rasulullah saw. Huyay bin Akhthab berkata kepadanya, “Aku datang kepadamu dengan membawa pasukan Quraisy beserta para pemimpinnya yang telah kuturunkan di sebuah lembah di dekat Raumah, dan suku Ghatfahan beserta para tokohnya yang telah kuturunkan di ujung Nurqma di samping Uhud. Mereka telah berjanji kepadaku untuk tidak meninggalkan temapat sampai kita berhasil menumpas Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.“ Ka‘ab menjawab: “Demi Allah, kamu datang kepadaku dengan membawa kehinaan sepanjang jaman … Celaka engkau wahai Huyay. Tinggalkan dan biarkanlah aku karena aku tidak melihat Muhammad kecuali sebagai seorang yang jujur dan setia.“ Tetapi Huyay terus mendesaknya hingga pada akhirnya Ka‘ab bersedia untuk melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian tersebut.
Setelah mendengar berita ini Rasulullah saw segera mengutus Sa‘ad bin Muadz untuk menyelidikinya. Kepadanya Nabi saw berpesan agar berbicara kepada Huyay dengan bahasa kiasan yang difahaminya jika berita itu benar, dan agar tidak memberikan peluang kepada orang banyak untuk menggunakan kekuatannya. Jika berita ini tidak benar maka hendaknya segera diumumkan kepada khalayak ramai. Setelah melacak berita dan ternyata berita itu benar maka Sa‘ad pun segera kembali kepada Rasulullah saw melaporkannya, “Ya, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana suku Adhal dan Qarah.“ Lalu Rasulullah saw mengatakan :
"Allah Maha Besar, bergembiralah wahai kaum Muslimin.“
Keadaan kaum Muslimin pada waktu itu
Kaum Muslimin mendapat kepastian bahwa Bani Quraidlah telah melanggar perjanjian. Pada saat yang sama kaum Munafiqin pun menyebarkan bibit-bibit keraguan dan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sementara musuh datang dari segala penjuru arah. Kaum Munafiq terus melancarkan tikaman dari dalam. Salah seorang dari kaum Munafiq itu berkata: “Dulu Muhammad menjanjikan bahwa kita akan memakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar, tetapi sekarang untuk pergi membuang hajat pun kita tidak aman.“
Melihat keadaan kaum Muslimin yang semakin terancam ini maka Rasulullah saw meminta pandangan Sa‘ad bin Muadz Sa‘ad bin Ubadah untuk melakukan perdamaian dengan kabilah Ghatfahan dengan memberikan sepertiga hasil panen kota Madinah agar mereka bersedia untuk tidak ikut memerangi kaum Muslimin. Keduanya menjawab: “Wahai Rasulullah saw, apakah pemikiran ini merupakan perintah yang engkau inginkan agar kami melaksanakannya ataukah perintah yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, ataukah sekear kebijaksanaan yang engkau ambil untuk meringankan kami?“. Nabi saw menjawab, "Hanya sekedar kebijaksanaan yang aku ambil untuk menghancurkan kepungan mereka terhadap kalian.“ Pada saat itu SA‘ad bin Muadz berkata kepada Nabi saw, “Demi Allah, kita tidak perlu mengambil langkah itu. Demi Allah kami tidak akan rela memberikan sesuatu kepada mereka selain daripada pedang sampai Allah memutuskan sesuatu antara kami dan mereka.“ Setelah mendengar ucapan Sa‘ad bin Muadz ini wajah Rasulullah saw kelihatan berseri dan berkata kepadanya: “Engkau dapat yang engkau inginkan“
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ashim bin Amer bin Qatadah dari Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata: Pernyataan dan keinginan berdamai (antara kaum Muslimin dan Ghatfahan) itu tidak lain hanyalah sebagai manuver belaka.
Dalam pada itu kaum Musyrikin dikejutkan oleh parit di hadapannya. Mereka berkata, sungguh ini merupakan tipu daya yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Arab. Kemudian mereka mengambil posisi dan berkemah di sekitar parit mengepung kaum Muslimin. Tetapi tidak terjadi pertempuran kecuali beberapa orang Musyrik yang berusaha menyeberangi parit di suatu sudut yang sempit dan berhasil dicegat oleh kaum Muslimin. Dalam usaha ini sebagian mereka kembali dan sebagian yang lain terbunuh. Di antara orang Musyrik yang terbunuh itu terdapat Amer bin Wudd. Ia dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib.
Kekalahan kaum Musyrikin tanpa peperangan
Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dalam perang Khandaq ini tanpa melalui pertempuran. Allah mengalahkan mereka dengan dua sarana yang tidak melibatkan kaum Muslimin sama sekali. Pertama, dengan seorang lelaki dari kaum Musyrikin bernama Nu‘aim bin Mas‘du, yang datang kepada Nabi saw menyatakan diri masuk Islam yang kemudian menawarkan diri kepada Nabi saw untuk melaksanakan segala bentuk perintah yang diinginkan oleh Nabi saw. Lalu Nabi saw memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh. Kepadanya Nabi saw berpesan :
"Diantara kita, engkau adalah satu-satunya orang yang dapat melaksanakan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah tugas itu untuk menolong kita. Ketahuilah bahwa peperangan, sesungguhnya adalah tipu muslihat.“
Nu‘aim kemudian segera pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah untuk meyakinkan. Mereka mengira Nu‘aim masih sebagai seorang Musyrik agar mereka tidak turu berperang bersama-sama kaum Quraisy sebelum mendapat jaminan dari mereka berupa beberapa orang terkemuka sebagai sandera, supaya kaum Quraisy tidak mundur meninggalkan mereka sendirian di Madinah tanpa pembela dalam menghadapi Muhammad dan para sahabatnya. Mereka menjawab: “Engkau telah memberikan suatu pendapat yang amat baik.“
Setelah itu Nu‘aim pergi mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy. Kepada mereka Nu‘aim memberitahukan bahwa Bani Quraidlah telah menyesal atas apa yang mereka lakukan dan secara sembunyi-sembunyi mereka telah melakukan kesepakatan bersama Nabi saw untuk menculik beberapa peimpin Quraisy dan Ghatfahan untuk diserahkan kepada Nabi saw untuk dibunuhnya. Karena itu, bila orang-orang Yahudi itu datang kepada kalian untuk meminta beberapa orang sebagai sandera, janganlah kalian menyerahkan seorang pun kepada mereka.
Nu‘aim kemudian pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidlah. Kepada mereka ia mengemukakan apa yang dikemukakannya kepada orang-orang Quraisy. Demikianlah akhirnya terjadi salah paham di antara mereka dan saling tidak mempercayai. Sehingga masing-masing dari mereka menuduh terhadap yang lainnya sebagai berkhianat.
Kedua, dengan mengirimkan angin taufan pada malam hari yang dingin dan mencekam. Angin taufan datang menghempaskan kemah-kemah merekan dan menerbangkan kuali-kuali mereka. Hal ini terjadi setelah mereka melakukan pengepungan kepada kaum Muslimin selama sepuluh hari lebih.
Muslim meriwayatkan dengan sanad-nya dari Hudzaifah bin al-Yaman ra, ia berkata: “Pada suatu malam dalam situasi perang Ahzab, kami bersama Rasulullah saaw merasakan tiupan angin yang sangat kencang, dan dingin mencekam. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepadaku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada Hari Kiamat.“ Kami semua diam, tak seorang pun dari kami menjawabnya. Rasulullah saw mengulangi pertanyaan itu sampai tiga kali. Kemudian berkata:"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkanlah kepadaku.“ Maka tidak boleh tidak aku harus bangkit, karena beliau menyebut namaku. Nabi saw berpesan: “Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Ketika aku berangkat dari sisinya aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram kematian, hingga aku tiba di basis mereka. Kemudian aku lihat Abu Shofyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Lalu aku pasang anak panah di busur untuk memanahnya, tetapi aku segera teringat pesan Rasulullah saw, “Janganlah engkau melakukan tindakan apapun.“ Kalau aku panahkan pasti akan mengenai pahanya. Kemudian aku kembali dengan berjalan seperit orang yang sedang dalam cengkeraman maut. Setelah aku datang kepada Nabi saw dan menyampaikan berita tentang kaum Musyrikin, Nabi saw menyelimuti aku dengan kainnya yang biasa dipakai untuk shalat. Malam itu aku tidur sampai pagi dan dibangunkan oleh Nabi saw seraya berkata, “Bangun, hai tukang tidur.“
Ibnu Ishaq meriwayatkannya dengan tambahan : Kemudian aku masuk di kalangan kaum Musyrikin, ketika angin dan tentara-tentara Allah sedang mengobrak-abrik mereka, menerbangkan kuali, memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Kemudian Abu Shafyan bangkit seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya?“ Hudzaifah berkata: “Kemudian aku memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu aku bertanya kepadanya: “Siapakah anda?“ Dia menajwab: “Fulan bin Fulan". Selanjutnya Abu Shofyan berkata: “Wahai kaum Quraisy, demi Allah swt, kalian tidak mungkin lagi dapat terus berada di tempat ini. Banyak ternak kita yang mati. Orang-orang Bani Quraidlah telah menciderai janji dan kita mendengar berita yang tidak menyenangkan tentang sikap mereka. Kalian tahu sendiri kita sekarang sedang menghadapi angin taufan yang hebat. Karena itu, pulang sajalah kalian, dan aku pun akan berangkat pulang.“
Pada keesokkan harinya seluruh kaum Musyrikin kembali meninggalkan medang perang, dan Rasulullah saw pun bersama para sahabatnya kembali ke Madinah.
Selama perang Ahzab ini berlangsung Nabi saw tidak henti-hentinya, siang malam senantiasa beristighfar, merendahkan diri, dan berdo'a kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Di antara do'a yang diucapkannya ialah :
"Ya Allah, Tuhan yang menurunkan kitab (Al-Quran) yang Maha cepat hidab-Nya, kalahkanlah barisan Ahzab (golongan Musyrikin). Kalahkanlah dan guncangkanlah mereka.“
Pada peperangan ini Nabi saw luput satu waktu shalat kemudian dilaksanakan (qadlah) di luar waktunya. Di sebutkan di dalam Ash-Shahihain bahwa Umar bin Khathab ra datang, waktu perang Ahzab, setelah matahari terbenam kemudian dia mengecam orang-orang kafir Quraisy lalu berkata: “Wahai Rasulullah saw! Aku belum sempat shalat Ashar sampai matahari hampir terbenam.“ Nabi saw menjawab: “Demi Allah, aku sendiripun belum shalat (Ashar).“ Lalu kami berangkat ke tempat air dan berwudlu. Kemudian Nabi saw shalat Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu Nabi saw melanjutkan dengan shalat maghrib.
Imam Muslim menambahkan Hadits lainnya bahwa Nabi saw bersabda pada perang Ahzab, “Mereka (kaum Musyrikin) telah menyibukkan kita sehingga kita tidak sempat Shalat Ashar. Semoga Allah swt memenuhi rumah-rumah dan kuburan-kuburan mereka dengan api". Kemudian Nabi saw melaksanakan (shalatz Ashar) antara Maghrib dan Isya‘
Subscribe to:
Posts (Atom)